Selasa, 01 Mei 2012

Dinasti-Dinasti Islam di Negeri Hindustan (5-habis)

Dinasti-Dinasti Islam di Negeri Hindustan (5-habis)


Peta Hindustan (ilustrasi).
Berdirinya Dinasti Mughal menyebabkan bersatunya raja-raja Hindu Rajputh di seluruh India dan menyusun angkatan perang yang besar untuk menyerang Babur.

Akan tetapi, gabungan ini dapat dikalahkan. Dinasti ini juga mendapat pertentangan dari golongan yang setia kepada Dinasti Lodi di Afghanistan. Dan golongan ini juga berhasil dikalahkan.

Ketika Babur meninggal pada usia 48 tahun, kekuasaan diserahkan kepada anaknya, Humayun, pada tahun 1530. Di bawah pemerintahan Humayun, kondisi negara tidak stabil karena menghadapi perlawanan dari musuh-mushnya. Salah satunya pemberontakan penguasa Gujarat yang berusaha memisahkan diri dari Delhi, Bahadur Syah.

Pada tahun 1540 terjadi pertempuran dengan Sher Khan di Kanauj. Kekalahan memaksa Humayun melarikan diri ke Kendahar lalu ke Persia. Di pengasingan, ia menyusun kekuatan dan berkenalan dengan tradisi Syiah. Setelah merasa kekuatannya cukup, ia menyerang kembali musuh-musuhnya dengan bantuan raja Persia.

Ia kembali menduduki takhta kerajaan Mughal pada tahun 1555. Humayun digantikan anaknya, Akbar Khan, setahun kemudian. Pada saat itu, Akbar masih berusia 15 tahun sehingga urusan kenegaraan diserahkan pada Bairam. Ia harus menghadapi sisa pemberontakan keturunan Sher Khan yang masih berkuasa di Punjab. Selain itu juga masih ada pemberontakan yang dilakukan oleh Gwalior dan Agra. Pertempuran antara mereka disebut Pertempuran Panipat II.

Akbar dewasa berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang telah memiliki pengaruh kuat dan memaksakan kepentingan Syiah dalam pemerintahan. Setelah Bairam dikalahkan, ia mengadakan perluasan wilayah kekuasaan di Chundar, Ghond, Chritor, Ranthabar, Gujarat, Surat, Bengal, Kashmir, Deccan, Narhala, dan Ashgar.

Melalui sistem pemerintahan militer, stabilitas politik berhasil diciptakan. Sistem pemerintahan ini juga mendukung kemajuan ekonomi, ilmu pengetahuan dan peradaban secara umum. Aurangzeb merupakan sultan besar terakhir yang memerintah di Mughal.

Ia banyak mengubah kebijakan yang telah dirintis pendahulunya, khususnya terkait hubungan dengan orang Hindu. Ia membalik kebijakan konsiliasi dengan Hindu. Ia juga melarang minuman keras, perjudian, dan penggunaan narkotika. Ia juga melarang seorang janda untuk melakukan ritual satidaho, yaitu pembakaran diri setelah ditinggal mati suaminya, tanpa kemauan yang bersangkutan.

Meninggalnya Aurangzeb menandai kemunduran dinasti ini. Sultan-sultan berikutnya tidak dapat mempertahankan eksistensi Kesultanan Mughal.

Redaktur: Chairul Akhmad

Reporter: C02/Heri Ruslan