Bung Karno ditangkap Belanda atas perintah Meijer yang kawatnya dikirimkan kepada Van Langen saat, Van Langen di Banaran sebelum masuk Yogyakarta “Tangkap Sukarno dan seluruh kabinetnya illegal-nya”. 18 Desember 1948.
Sementara di Yogyakarta, Bung Karno dan Bung Hatta berdebat sengit dengan beberapa orang apakah ia akan melarikan diri atau menyerahkan diri ke Belanda. Setelah kawat diterima, sekitar 15 pesawat Mitchell tiba-tiba menyerbu Yogyakarta, sebelumnya jam 5 pagi di Maguwo para taruna pimpinan Kasmiran sedang mulai bangun dan hendak berolahraga, tapi tiba-tiba mereka melihat ada sekitar belasan orang dengan baret merah sudah mengepung hanggar. Kasmiran belum sempat mengokang senjata, tapi sudah dimitraliyur, sekitar setengah kompi anak buah kasmiran, gugur saat itu juga.
Berkali-kali Letkol Latief Hendraningrat masuk ke ruang kabinet dan membawa laporan penyerbuan yang dikirimkan oleh wartawan di Maguwo. Bung Karno membaca, laporan terakhir adalah ‘Sekitar 5.000 pasukan Brigade T sudah mengepung Yogyakarta. Di dekat Borobudur sudah masuk pasukan Marinir.
“Oh, Belanda mau bikin ‘tweede’ 10 Mei ya?” kata Bung Karno melirik Sjahrir yang dengan muka kuyu. “Kenapa kamu Sjahrir”. Tanya Bung Karno lagi melihat wajah yang lemas “Aku belum makan dari tadi”. Tak lama ada ucapan itu, tiba-tiba disekeliling Gedong Agung, bom berjatuhan. Sjahrir malah berdiri dan ngeloyor ke belakang “Aku makan dulu”. Bung Karno menggeleng-gelengkan kepala. Anak buah Sjahrir melihat dan bertanya saat Sjahrir mulai makan nasi “Apa bapak tak takut bom”. Sjahrir dengan ketus menjawab “Soal mati itu urusan nanti, kalo mati ya mati, sekarang saya lapar, mau makan dulu”.
Sri Sultan Hamengkubuwono IX ditemui Van Langen. “Saya sudah menjadi Republikein sekarang, tapi kalau kamu mau injak-injak keraton saya, langkahi dulu mayat saya” kata Sultan dengan bahasa Belanda, Van Langen gemetaran, ia tau Sultan teman dekat Sri Ratu. “Bukan begitu Paduka, saya hanya mau cari ekstrimis”.
Pendek kata, Sukarno ditangkap. Seorang tentara Bob Hering menyalami Sukarno, dan berkata “Saya kagum dengan anda”. Sukarno menjawab “Demi bangsaku, aku berjuang, demi bangsamu kau juga berjuang, kita kebetulan berada pada garis yang berbeda”.
Sukarno, Hatta, Sjahrir, Agus Salim dan beberapa orang lainnya dibawa ke Semarang, lalu diangkut dengan pesawat Catalina ke Toba, Tanah Batak. Di tepi pantai, pesawat Catalina mendarat dan dengan menggunakan perahu kecil mereka dibawa ke darat.
Sjahrir bertanya pada Bung Karno “Setelah ini apa?” Bung Karno diam saja, Agus Salim hanya memandang ke depan. Sebuah bangsa sedang dipertaruhkan dan nyawa mereka sebentar lagi terancam ditembak mati.
Penembakan mati ini awalnya adalah bocoran yang diterima Agus Salim dan Sjahrir, tapi Sukarno menganggap sepi, kemudian Sukarno didatangi seorang perempuan Batak yang menjadi pembantu di rumah tahanan, ia menangis meraung-raung “Kenapa kamu menangis?” kata Bung Karno. “Bapak, sedikit lagi bapak ditembak mati…” kata perempuan itu sambil menyeka air matanya. “Saya mendengar Kapten Belanda menyuruh anak buahnya menyiapkan tempat eksekusi”.
Bung Karno sebagai manusia biasa gemetaran, ia berada pada ujung nyawanya, ia duduk lemas, “Sebentar lagi mati” ucap Bung Karno lirih. Lalu Bung Karno berdoa sebentar, sebagai seorang Muslim ia percaya pada kitab sucinya, kepada Al Qur’an dan ada satu kebiasaan Sukarno yaitu : “membuka al qur’an secara acak, jikalau hatinya sedang kisruh”. Bung Karno membuka Al Qur’an secara acak dan ia tertegun :”Hidup mati manusia di tangan Allah swt”. Sukarno berpikir dan hatinya teguh “kenapa aku kuatir dengan perkataan manusia?” desis Sukarno.
Dan Sukarno tak tidur menjelang pagi, ia tau hidupnya sepenuhnya untuk bangsanya, untuk peradaban yang lebih baik bagi Indonesia, dua hari kemudian ada belasan pemuda Batak Karo nekat memasuki rumah tahanan Bung Karno, mereka ditembaki, mereka mati semua. Inilah kenapa Batak Karo sampai sekarang merupakan basis pendukung terkuat, karena mereka tau sejarah bagaimana Bung Karno berkorban untuk bangsa ini.
Indonesia sampai saat ini berdiri karena memang dijaga ruh-ruh pendiri bangsa yang berwawasan luas dan mau berkorban.
dan hei, kaum maling-maling uang negara, kaum yang mengatasnamakan rakyat tapi kau merampok uang rakyat, pemimpin-pemimpin kardus yang membina kebodohan hanya untuk kekuasaan, bila kau ingin tau untuk apa memimpin bangsamu, lihatlah Sukarno di tepi Danau Toba…Ia mempertaruhkan nyawa untuk sebuah bangsa, dan apa ada ketakutan yang lebih besar daripada sebuah pertaruhan di depan mata hidup atau mati……..
-Anton DH Nugrahanto-.Bahan Bacaan :
-Otobiografi Sukarno, Cindy Adams, 1966
-Laporan-Laporan Perang Yogya, Pereenbom : artikel 1949