Struktur batu tak biasa ditemukan di tengah pegunungan di Desa Salebu, Majenang, Cilacap, Jawa Tengah. Tersusun relatif teratur dari balok-balok batu segi empat, segi lima, dan segi enam sepanjang 3 sampai 4 meter. Rebah memajang ke arah timur. Namanya Gunung Padang.
Sudah lama batuan ini dikeramatkan penduduk sekitar, dianggap peninggalan Kerajaan Padjajaran, tumpukan bahan bangunan membuat keraton timur yang urung dibikin. Keberadaan struktur batuan itu menjadi perhatian publik paska ditemukannya situsGunung Padang di Cianjur yang diduga peninggalan megalitikum dari ribuan ribu tahun lalu.
Belum pernah ada penelitian di Gunung Padang Cilacap, ia bahkan belum terdaftar dalam catatan Balai Peninggalan Purbakala Jawa Tengah. Belum berstatus peninggalan purbakala.
Salah satu pertanyaan mendasar tentang Gunung Padang Cilacap adalah, apakah ia merupakan buatan manusia atau terbentuk secara alami — struktur batuan beku misalnya columnar joint (kekar tiang).
Untuk membuktikan asal batuan tersebut, tim ahli geologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto akan mendatangi lokasi. Tim rencananya akan tiba Rabu sore di desa terdekat dan menginap semalam. Sebelum menuju ke lokasi struktur batuan. “Karena kami dari geologi, kami akan meneliti apakah batuan itu terjadi secara alami atau buatan manusia,” kata ahli geologi dari Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Muhammad Aziz kepadaVIVAnews.com.
Salah satu caranya, dia menjelaskan, menggunakan GPS mencari titik koordinat lokasi tersebut. Lalu, akan dicocokkan dengan peta geologi, apakah batuan asli berasal dari lokasi itu atau dibawa dari tempat lain. Namun, Aziz mengingatkan, apapun hasilnya nanti, itu baru satu indikator. “Perlu ada kajian dari disiplin ilmu lain,” tambah dia.
Sebelumnya, arkeolog Universitas Indonesia, Ali Akbar menduga, tumpukan batu di Gunung Padang Cilacap tak terbentuk secara alamiah. “Batu andesit piroksen itu memang bentuknya columnar joint, yang terbentuk di dalam gunung berapi. Tapi itu kemudian dimanfaatkan manusia, terlihat ada bagian yang dipatahkan dan dihaluskan,” kata Ali Akbar, saat ditemui di Kampus UI, 29 Mei 2012.
Batu kuncian mirip permainan tetris di Gunung Padang menjadi faktor yang memperkuat dugaan itu.
Ali Akbar kemudian mengatakan punden berundak di Cilacap itu memiliki struktur dan konstruksi bangunan yang hampir sama dengan di Gunung Padang Cianjur.
Menurut dia, di kawasan selatan Jawa banyak terdapat temuan prasejarah Neolitik. “Di sekitar Tasik hingga Garut, itu juga punya tradisi Neolitik yang kuat.”
Pendapat ini bersesuaian dengan pernyataan Pelaksana Tugas Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah Zainul Azah. Biasanya di daerah dataran tinggi seringkali dijumpai situs punden berundak maupun menhir.
Untuk memastikan tentang keberadaan situs Gunung Padang Cilacap ini, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah akan mengirimkan tim untuk memeriksa dan meneliti serta melakukan pendataan situs tersebut.
Warga tak berani mendekat
Jangankan orang luar, warga sekitar tak tahu persis soal gundukan batu yang mereka keramatkan itu.
Suganda, juru kunci Gunung Padang mengatakan, warga juga tak mengetahui dari mana asal batu itu. Apalagi, tak ada gunung berapi di kawasan tersebut, yang memungkinkan pembentukan batu secara alami.
Ganda yang menjadi juru kunci sejak tahun 1980-an hanya mengetahui kisah Gunung Padang secara turun temurun, bahwa itu adalah peninggalan Kerajaan Padjajaran. Sepengetahuannya ada dua lagi gundukan batu semacam ini di lokasi berbeda.“Masyarakat sekitar tak berani mendekat ke Gunung Padang, takut, apalagi bagi mereka yang berniat jahat seperti menjarah hutan atau merusak lingkungan,” kata dia.