Situs kuno di GUnung Padang, Desa Salebu, Kecamatan Majenang perlu diselamatkan. Penyelamatan cagar-cagar budaya ini bisa dilakukan dengan mengkonservasi dan merehabilitasi bangunannya. Hal ini sangat penting, sebab peninggalan zaman nenek moyang tersebut merupakan aset budaya yang sangat berharga.”Situs ini perlu diselamatkan, kalau perlu direhabilitasi lagi supaya bisa dilihat bentuk asli bangunannya,” kata tokoh masyarakat Majenang, M Kholiq, Senin. Pasalnya, beberapa bagian dari situs hampir runtuh karena longsor serta tertutup tanah dan tanaman liar di hutan.
Dari bekas-bekas reruntuhan, bisa diketahui adanya konstruksi lain yang telah rusak. Diantaranya bekas undak-undakan (tangga) yang diduga sebagai akses masuk menuju situs. Bahkan, dia menduga adanya pelataran (semacam balkon) sebagai tempat menyepi Ki Hajar Sakti, sang pendiri situs.
“Dulu malah pernah ada semacam tugu batu (<I>menhir<P>) dan balok batu sebesar dipan di lokasi ini,” kata Ganda, juru kunci situs. Namun, batu tersebut diduga hilang tertimbun longsoran tanah. Menurutnya, warga setempat bersedia jika diajak bekerja bakti untuk membersihkan bangunan tersebut.
Apabila bangunan bersejarah ini dapat dikembalikan bentuknya ke wujud semula, maka akan menjadi aset wisata budaya. Dengan demikian, situs tersebut akan bermanfaat seperti halnya candi Borobudur, Prambanan, atau candi-candi lainnya.
Terlebih jika pemerintah bersedia menyediakan fasilitas di sekitarnya. Diantaranya akses masuk, fasilitas wisata, perpusatakaan, atau catatan bersejarah terkait penemuan situs. Hal ini bisa membantu menambah pendapatan daerah melalui sektor wisata.
Dia mengungkapkan, selain situs Gunung Padang yang terdiri dari balok-balok bebatuan yang tersusun rapi, masih ada peninggalan dan lokasi menarik lain di sekitarnya. Diantaranya, makam Ki Hajar Sakti dan beberapa pengikutnya yang berada di puncak situs.
Adapula semacam gua yang berlokasi tak jauh di tempat semula. Gua tersebut mengeluarkan bau busuk yang sangat menyengat, sehingga tak ada seorangpun yang berani memasukinya, termasuk Ganda sendiri. Budayawan muda Majenang, Hizi Firmansyah menambahkan, situs tersebut harus menjadi tanggung jawab bersama. Terutama dinas kebudayaan untuk melestarikan dan memanfaatkannya. Alasannya, peninggalan ini bisa menjadi kebanggaan masyarakat di sekitarnya.
“Saya sangat prihatin melihat kondisi situs yang terlihat rusak. Kalau dibiarkan terus, situs budaya akan punah karena tak terawat,” katanya. Jika sampai punah, maka akan kehilangan sumber sejarah yang seharusnya dapat dipelajari untuk memperkaya budaya.
( Khalid Yogi / CN08