Hashomer sang Pelindung Yahudi
Dalam perayaan HUT Israel di Indonesia, bulan lalu, Unggun Dahana menyatakan bahwa Israel adalah sebuah Negara penuh toleransi dan cinta damai. Tentu kita mengetahui ucapan itu tidak lebih dusta. Sebab dalam rekam jejak sejarahnya, sebelum berdirinya Israel pun tentara Zionis sudah menyiapkan seperangkat kelompok teroris yang akan bertugas membasmi rakyat Palsetina dan mendirikan Negara ilegal Israel.Data dan fakta mengenai mereka sendiri pun tidak banyak terungkap. Padahal milisi-milisi kelompok teroris Zionis memliki andil penting dalam memuluskan jalan berdirinya Israel kelak pada tahun 1948.
Oleh karenanya, berikut kita akan mengupas lebih jauh sepak terjang kelompok-kelompok teroris sebelum berdirinya negara penjajah Zionis Israel.
Kelompok Hashomer
Dalam bahasa Ibrani atau bahasa resmi Zionis Israel, Hashomer berarti penjaga atau pelindung. Kelompok ini termasuk organisasi teroris Zionis pertama dan terpenting sebelum pembentukan rezim Zionis. Aktivitasnya tidak lebih menjalankan aksi untuk melindungi koloni-koloni pemukiman Yahudi di Palestina.
Amos Perlmutter dalam bukunya Militer dan Politik di Israel menulis, “Unit Pertahanan pertama Yahudi di pengungsian dibentuk di penghujung abad ke 19 di Eropa Timur. Pada 1905, partai Puali Zion - yang didirikan sebelum gerakan Sosialis Zionis - mengawasi pembentukan kelompok-kelompok pertahanan di Palestina. Pada 1909, tempat mereka diambil alih, oleh kelompok Hashomer.
Menurut Madjid Sahafa dalam bukunya Negara Fiktif, mulanya Hashomer bukanlah merupakan kumpulan orang-orang Zionis yang sepaham, melainkan gabungan para aktivis Zionis dari Eropa Timur, Ukraina, dan Kaukasus. Belakangan, orang-orang Yahudi Marxis dari Rusia bergabung dan menciptakan spirit militerisme di dalam tubuh Hashomer.
Sedangkan Leonerd Mosely dalam bukunya Gideon Goes To War mengatakan bahwa pada 1907, imigran Zionis membentuk sebuah organisasi militer bernama Bar Guevara (Komunitas Rahasaia Yahudi). Bar Guevara sendiri adalah cikal bakal Hashomer yang di antara tugas yang dibebankan kepadanya adalah mengumpulkan informasi-informasi rahasia. Setelah dua tahun berljalan, reorganisasi pun dilakukan dan nama Bar Guevara kemudian diubah menjadi Hashomer. Sedangkan, para imigran Yahudi yang membentuk Bar Guevara adalah Yitzhak Ben Tarvi, Alexander Zeid, serta seorang bernama Israil Shuhet.
Meski mulanya Hashomer dibentuk untuk melindungi koloni-koloni pemukiman Yahudi, namun belakangan kelompok ini bermetamoforsis menjadi kelompok teroris, militer, dan spionase Zionisme. Hashomer memiliki pengaruh kuat pada sebagian besar organisasi-organisasi sosialis Zionis dan melancarkan aksi teror bagi warga Palestina.
Selain menjaga dan melindungi koloni-koloni Zionis di bumi para nabi itu, Hashomer juga membangun beberapa koloni pemukiman Yahudi untuk ditempati oleh para imigran Yahudi yang datang dari Eropa Timur.
Koloni pertama yang dibangun Hashomer adalah koloni Marjabia yang terletak di lembah Bisan. Setelah itu Hashomer pun kembali membangun dua koloni lagi. Salah satunya bernama Tel Hadshim di lembah Bisan dan lainnya bernama Kofr Jaladi di desa Mithlah, sekitar kawasan Jalil.
Pada permulaan Perang Dunia Pertama, Hashomer sempat dikejar-kejar oleh pihak Turki. Khususnya setelah penangkapan Lisanisky - salah seorang anggota kelompok spionase bernama Neili -. Rahasia-rahasia kelompok Hashomer pun akhirnya terbongkar. Hal ini pun berujung pada penangkapan 12 anggota Hashomer.
Kendati demikian, orang-orang Turki tidak bisa memperoleh informasi lengkap perihal aktivitas anggota Hashomer dalam jaringan Zionis. Oleh karennya, Hashomer selamat dari pengejaran pejabat-pejabat Turki, tapi tidak bisa terbebas dari dampak spionase yang dilakukannya, yaitu pendeknya masa aktivitas organisasi dan pembubarannya.
Setelah Palestina jatuh ke tangan Pasukan Britania (Inggris), terbongkarlah bahwa beberapa pemimpin Hashomer bekerja pada sebuah jaringan spionase. Dan menjadi penghubung antara jaringan itu dengan komite politik Pishof. Meskipun belakangan diketahui bahwa sebagian bantuan dana itu tidak sampai ke tangan komite melainkan masuk ke kantong beberapa pengurus Hashomer.
Sepanjang periode kekuasaan Inggris atas Palestina, Hashomer meningkatkan aksi teror dan militernya terhadap warga Palestina dan Inggris.
Akhirnya pada permulaan dekade abad ke 20, ketika kaum Zionis merasakan kebutuhan mendesak untuk membentuk sebuah kekuatan militer besar, Hashomer pun mengusulkan pembentukan organisasi Haganah dan segera berinisiatif mendirikannya. Namun beberapa anggota Hashomer menolak usulan tersebut dan lebih memilih membentuk kelompok perang kecil bernama Brigade-Brigade-Perang. Kelompok ini pun tetap berbentuk seperti ini, hingga revolusi terhadap orang-orang Palestina meletus tahun 1929. Namun setelah itu mereka terpaksa bergabung dengan Haganah.
Hingga pada akhirnya, Yutzhak Ben Tarvi, salah seorang pengurus Hashomer menjadi presiden Israel dan Ben Gurion yang menjadi perdana menteri pertama Zionis Israel adalah salah seorang pendukung utamanya.
Haganah
Seperti sudah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, Hashomer adalah sebuah kelompok teroris Zionis yang kemudian bermetamorfosis menjadi sebuah kelompok teroris Zionis lainnya bernama Haganah (baca: "Hah Gah nah').
Menurut Ami Isseroff, Haganah adalah gerakan bawah tanah Yahudi yang didirikan pada tahun 1920 dengan nama resmi Irgun HaHagannah Ha'vri. Haganah bisa dikatakan sebagai salah satu pilar organisasi paramiliter Yahudi di wilayah Palestina saat masih menjadi wilayah mandat Britania Raya sejak 1920 hingga 1948.
Madjid Shafa dalam bukunya Negara Fiktif menyatakan bahwa kelompok ini merupakan Organisasi Militer Zionis yang memulai aktifitasnya sejak tahun 1921 di Jerusalem. Tujuan mereka tiak lain adalah mengusir kaum muslim Palestina dan menempatkan orang Yahudi di bumi para nabi tersebut.
Saat pembentukan organisasi ini, pemimpin mereka pun mengatakan bahwa tujuan dari didirikannya Haganah adalah membela kehidupan, kepemilikan dan keagungan para warga Yahudi.
Oleh karena itu, begitu saja Haganah terbentuk, banyak elemen pasukan Yahudi yang segera bergabung di dalam barisan Haganah. Mereka notabene adalah orang-orang Yahudi yang pernah berperang di Balkan bersama pihak Inggris pada pertengahan Perang Dunia Pertama yakni antara tahun 1917 sampai 1918.
Menurut Madjid Shafa, membanjirnya para imigran Yahudi dari beberapa negara Eropa, khusunya Eropa Timur, diantara tahun 1920-1930 semakin memperkuat salah satu sel kelompok teroris Zionis ini. Hal ini dikarenakan bahwa sebagian besar imigran yang baru datang adalah pemuda. Banyak dari mereka yang juga memiliki pengalaman di bidang organisasi milisi dan rahasia di tempat-tempat pemukiman Yahudi di Eropa Timur.
Pada tahun 1920- 1930, di bawah pimpinan David Ben-Gurion, Haganah melaksanakan aksi teror dan kekerasan. Haganah yang semula hanya terbatas sebagai kekuatan bersenjata demi mempertahankan pemukiman imigran Yahudi, kemudian berubah menjadi laskar yang melakukan penyerangan terhadap warga Arab-Palestina. Mereka juga melakukan pengadaan dan pembelian senjata untuk merancang konflik dengan masyarakat Arab-Palestina yang kemudian dikenal dengan rencana Ben Zion Dinos, sebuah rencana yang menyusun daftar dan tanggal aksi pembunuhan terhadap para pemimpin Arab-Palestina saat itu.
Pemilihan tempat-tempat pemukiman Yahudi yang murni dibangun dengan tujuan strategis dan politis sangat berpengaruh dalam terbentuknya Haganah dan pola pikir para anggotanya. Pemilihan tempat pemukiman Yahudi tidak hanya berlandaskan pada faktor ekonomi, tapi juga faktor kebutuhan pertahanan sentral dan strategi penempatan warga Yahudi berdasarkan jaminan akan eksistensi politik warga Yahudi di seluruh tanah Palestina.
Menurut mereka, berhadapan langsung dengan warga Arab secara khusus akan mempengaruhi faktor ekonomi. Menurut mereka hal ini pada gilirannya akan menjadikan pemukiman Yahudi tersebut menjadi sebuah benteng kokoh untuk pertahanan Haganah. Program-program ekonomi dan pertanian pun akhirnya dijalankan secara bersamaan dengan program militer.
Haganah memiliki dua komando rahasia, yaitu komando tinggi sipil dan komando tinggi militer. Dua komando ini tunduk pada kelembagaan Zionis yang berpusat pada agen-agen Yahudi.
Pada awal mula perkembangannya, Haganah mengadakan hubungan dengan Hestodort, yakni sebuah organisasi Persatuan Para Buruh Yahudi di Israel. Pada dekade 1920-an pun Haganah menyiapkan landasan untuk aktivitasnya di bidang spionase dan juga penyelundupan senjata dan pemindahan warga Yahudi ke Palestina.
Abdul Wahhab Maisiri dalam bukunya Mausu’ah al Mafahim wa al Musthalahat ash Shhahyuniyah menyatakan bahwa Yosef Hekht, seorang pemimpin Haganah, dalam laporannya kepada David Ben Gurion terkait masalah ini mengatakan, “Di masa itu, HaganahHaganah berupaya mengimpor senjata dari luar negeri. Hal ini dilakukan melalui penyelundupan senjata dan pembangunan beberapa pabrik kecil pembuat senjata ringan.” (sudah) memiliki 27 senapan mesin, 750 senapan 1050 revolver, dan 750 granat. Karena jumlah senjata ini dirasa tidak cukup untuk menguasai Palestina, maka para personil
Selanjutnya Abdul Wahhab mengatakan, pada mulanya perlindungan terhadap semua koloni dan pemukiman Zionis masih berada di bawah komando pusat Haganah. Namun, setelah terjadinya peristiwa revolusi 1929, Haganah mulai mengatur kelembagaannya atas dasar ekspansi, perluasan pendudukan dan operasi teror. Haganah juga mengumpulkan berbagai perangkat senjata dan menyimpan bahan logistik, serta memproduksi sebagian lainnya pada tahun-tahun berikutnya.
Ketika Buku Putih Kedua [1] dipublikasikan pada tanggal 21 oktober 1930, yang mencakup pasal-pasal pemindahan orang-orang Yahudi ke Palestina, maka pihak Zionis memutuskan untuk memperkuat Haganah dan menggunakan beberapa cara untuk menghalangi kedatangan yang tidak diinginkan dari warga Yahudi ke Palestina.
Namun siapa sangka, pada tahun 1931 Haganah pun terpecah. Hal ini terjadi menyusul pertikaian di tubuh internal mereka sendiri dan memunculkan sebuah faksi bernama Haganah B. Akan tetapi, pada tahun 1936 kelompok “sempalan” ini kembali bergabung ke Haganah meski sebagian lainnya menolak kembali dan lebih memilih membentuk kelompok baru benama Irgun.
Kendati Haganah dalam beberapa kasus, mengeluarkan pernyataan yang mengutuk aksi Irgun, namun penjelasan-penjelasan transparan para pemimpin organisasi ini khususnya, Menachem Begin dan tulisan-tulisannya, malah menyingkap koordinasi kemiliteran dua organisasi ini dalam pembagian peran dan tugas.
Haganah memiliki banyak kerjasama dengan pasukan Ingris dalam meredam revolusi rakyat Palestina pada tahun 1929. Oleh karena itu, pemerintah sementara Inggris menugaskan salah seorang perwiranya untuk membentuk brigade-brigade Zionis demi memadamkan revolusi rakyat Palestina. Pemerintah sementara Inggris juga memberi izin kepada Haganah untuk membentuk satuan polisi bernama Nou Therim. Satuan ini sendiri terdiri dari 22 ribu prajurit yang dilengkapi senjata dan sarana militer yang kiranya diperlukan.
Pada 1937, sebuah unit khusus bernama Mossad Aleya Bet pun dibentuk oleh Haganah. Unit ini bertugas mengawasi operasi penyelundupan orang-orang Yahudi ke Palestina. Di masa itu pula, sebuah unit lain dengan nama sandi Richsen dibentuk untuk memperoleh senajata. Dan masih di tahun yang sama, sebuah unit lagi diciptakan dengan nama Shirot Yadiot atau Sha yang bertugas menjaga kepentingan intelejensi milisi Haganah.
Sebagian besar operasi Aleya Bet dan Richsen diemban oleh Haganah sendiri. Sedangkan Sha memainkan peran penting dalam mensukseskan jalannya berbagai operasi ini. Sebagai contoh, Haganah memberikan informasi tentang kiriman muatan senjata untuk pasukan Inggris di Palestina. Dalam banyak kasus, senjata-senjata ini malah jatuh di tangan Haganah sendiri.
Melalui kesepakatan khusus yang dibuat oleh Aleya Bet dengan manajemen operasi khusus Inggris, dia mulai mengatur operasi para penerjun payung Haganah di berbagai negara Balkan yang notabene dikuasai oleh Nazi.
Meski alasan resmi dan tujuan yang diprogandakan dari operasi-operasi ini semata-mata untuk mendorong warga Yahudi kawasan Balkan melawan Nazi, namun para penerjun payung Haganah sama sekali tidak menunjukkan aktivitas di bidang ini. Kegiatan mereka semata-mata difokuskan pada hubungan dengan organisasi-oraganisasi Zionis di kawasan itu, dengan tujuan mengkoordinasi operasi pemindahan warga Yahudi ke Palestina. Hasilnya, dengan cara ini mereka berhasil memindahkan 10.000 warga Yahudi Balkan ke Palestina.
Dalam tahun-tahun pertama Perang Dunia II, pemerintah Inggris meminta Haganah untuk bekerja sama kembali, karena ketakutan akan serbuan Kekuatan Poros ke Afrika Utara. Setelah Erwin Rommel dikalahkan di El Alamein pada 1942, Inggris menarik dukungannya terhadap Haganah. Di tahun 1943, setelah permintaan dan negosiasi yang lama, tentara Inggris mengumumkan pendirian Brigade Yahudi. Ketika Yahudi Palestina diperbolehkan mendaftarkan diri ke dalam tentara Britania sejak 1940, ini adalah pertama kalinya sebuah unit militer khusus Yahudi berperang di bawah bendera Yahudi. Brigade Yahudi terdiri atas 5.000 tentara dan ditempatkan di Italia pada bulan September 1944.
Selanjutnya, operasi pengumpulan senjata secara illegal terus dilakukan Haganah hingga pada tahun 1948 dimana kemudian Negara Zionis Israel berdiri. Sebagai contoh ketika pasukan Inggris mundur dari Palestina pada tahun 1947-1948, unit Sha memberikan informasi akurat perihal waktu tahap-tahap pengunduran diri mereka kepada Haganah.
Informasi-infomasi ini membuat Haganah dapat menduduki tempat-tempat yang ditinggalkan pasukan Inggris. Begitu tempat-tempat ini dikosongkan, dalam tempo beberapa meni saja, Haganah berhasil memperoleh senjata-senajta mereka.
Hal ini terus berlanjut sehingga ketika masa pendeklarasian berdirinya Israel pada 15 Mei 1948, Haganah telah sedemikian siap dari segala segi pasukan dan persenjataan. Maka itu tak heran bahwa Haganah lah yang kemudian diizinkan dari tadinya sebuah milisi Zionis lalu berubah secara resmi menjadi tentara Israel.
Langkah ini tidak lain dilakukan oleh Ben Gurion perdana menteri dan Menteri Perthanan rezim Zionis pada masa itu. Begitu rezim Zionis, dibentuk Ben Gurion segera mengeluarkan perintah agar Haganah dan Kelompok-kelompok militer Zionis lainnya bergabung untuk menjadi tentara Israel.
Pada 28 Mei 1948, kurang dari 2 minggu setelah berdirinya negara Israel pada 15 Mei, pemerintah sementara meresmikan Pasukan Pertahanan Israel sebagai pengganti Haganah. Pemerintah juga tidak mengakui angkatan bersenjata selain daripada itu. Irgun melanggar keputusan ini yang kemudian melahirkan perselisihan antara Haganah dan Irgun. Perlahan-lahan Irgun meletakkan senjata dan Menachem Begin mengubah milisinya menjadi sebuah partai politik yang bernama Herut.
Palmach
Palmach merupakan organisasi militer yang didirikan pada tanggal 19 Mei 1941, menyusul ketidakpuasaan para pemuda di Kibbutesh (koloni pertanian) ketika pasukan sekutu mendekati Palestina. Kelompok teroris Zionis ini terdiri dari satuan-satuan yang para anggotanya memperoleh pendidikan khusus dalam teknik perang gerilya.
Menurut Madjid Shafa dalam bukunya Negara Fiktif, referensi terbaik perihal organisai Palmach bisa dilihat dalam sebuah buku Perjalanan Palmach yang dipublikasikan di Tel Aviv pada tahun 1953. Buku ini berbahasa Ibrani dan terdiri dari dua jilid. Palmach berdiri atas upaya Yitzhak Sara, yang kemudian menjadi pemimpin kelompok ini.
Yitzhak Sara tidak lain adalah mantan perwira tentara Tsar Rusia dan salah seorang pendiri tentara Israel. Sejak awal, organisasi ini memiliki hubungan dengan sebuah partai di Israel bernama Partai Mapam, sebuah partai sayap kiri yang berhaluan Marxis-Zionis.
Bisa dikata, Palmach adalah satuan militer profesional pertama yang selain disiplin, juga memiliki ideologi politik. Tujuan mereka ialah menguasai sepenuhnya situasi militer di Palestina. Organisasi ini adalah representasi dari aliran ekspansi militer dalam Gerakan Zionisme. Kelompok teroris Palmach berkembang dalam kurun waktu 1941-1948 dan memiliki beberapa cabang sehingga semua organisasi militernya menyebar di seluruh bumi Palestina.
Pada 20 Februari 1948, Palmach meluncurkan operasi di Kaisarea, Utara Tel Aviv, di mana mereka menghancurkan 30 rumah warga Palestina. Tujuannya adalah mencegah agar daerah tersebut dijadikan basis laskar rakyat Palestina.
Berkat hubungan baik dengan pemerintah sementara Inggris di Palestina, pasukan PalmachHaganah. Mereka memiliki komandan khusus yang dipilih oleh agen Yahudi di Tel Aviv, serta Komandan operasional di berbagai kota penting di Palestina, seperti Yerusalem dan Haifa. dapat memiliki senjata-senjata modern. Komandan Haganah juga memberikan perhatian khusus kepada mereka. Karena dengan kemahiran dalam melaksanakan tugas penyerbuan dan pengetahuan politik perihal prinsip-prinsip Zionisme Internasional, mereka dapat difungsikan sebagai pasukan penghancur Palestina oleh
Wanita juga memiliki peran penting dalam pelaksanaan operasi militer Palmach. Jumlah para wanita di sebagian unit Palmach mencapai lebih dari 30%. Selain ikut serta dalam operasi militer, mereka juga aktif dalam penjagaan, pertolongan pertama, dan jaringan komunikasi radio rahasia.
Palmach juga memiliki satuan spionase yang kuat. Mereka bisa memata-matai kamp-kamp tawanan perang Jerman. Beberapa personil mereka juga melakukan aktivitas mata-mata di Suriah dan Libanon dengan menyamar lewat pakaian khas Arab.
Setelah perang dunia kedua berakhir, pesonil-pesrsonil Palmach melakukan operasi melawan pemerintah sementara Inggris di Palestina. Pada tahun 1948, satuan-satuan Palmach bertempur melawan orang-orang Palestin di Front Selatan, khususnya Jalil Utara, Sina, Naqeb, dan Yerusalem. Mereka pun berhasil menduduki Padang Naqeb.
Salah satu rencana Palmach adalah menggusur mayoritas penduduk muslim di Palestina. Hal ini diwujudkan melalui pembantaian-pembantaian yang dilakukan para teroris Zionis terhadap warga Palestina. Diantaranya adalah pembantaian di Desa Deir Yassin, yang dirancang oleh PalmachIrgun, Stern, dan para pelaku kriminal lainnya. bekerjasama dengan kelompok
Di setiap lembar buku perjalanan Palmach, seperti doktrin goyim Yahudi maka warga Arab disebut sebagai musuh oleh mereka. Buku itu juga menyebutkan puluhan rencana patroli-patoli Palmach dalam operasi teror terhadap warga Palestina di berbagai penjuru negeri itu dan kawasan-kawasan yang harus diduduki.
Menurut data yang dilansir Palmach, Secara total mereka kehilangan pejuang sebanyak 1187 orang selama perang “kemerdekaan” dan tahun-tahun sebelum berdirinya Israel.
Belakangan, para perwira Palmach seperti Eigal Alon, Yitzhak Rabin, Hayiem Barlio, David Yoazar, dan lain sebagainya membentuk embrio komando tentara Israel. Setelah Negara Israel didirikan, Palmach pun akhirnya dibubarkan dan digabungkan ke tentara Israel.
Beberapa dari para teroris ini menjadi terkenal dan menjabat sebagai komando pasukan-pasukan Israel. Diantara mereka adalah Moshe Dayan (1953-1957), Yitzhak Rabin (1963-1967) dan Hayiem Barlio (1968-1971). Dalam tubuh tentara Israel terdapat 45 panglima yang sebelumnya adalah para teroris Palmach. Sebagian dari mereka bahkan menjabat sebagai menteri.
Kini untuk mengenang jasa Palmach terhadap berdirinya Negara Zionis Israel, maka didirkanlah museum. Museum kelompok teroris itu terletak di Chaim Levanon Street di Tel Aviv, dekat Eretz Israel Museum.
Seperti museum pada umumnya, pada museum PalmachPalmach tempo dulu untuk membangkitkan militansi pemuda terhadap Zionisme. Para pengunjung pun banyak bergabung dengan kelompok atau gerakan Palmach banyak ditampilkan foto dan kisah-kisah warisan muda.
Irgun, Siap Mati Demi Zionisme
Nama lengkap organisasi ini adalah Irgun Tezavi Leumi Baraetz Ysrail yang berarti “Satuan Militer Nasional di Tanah Israel”. Kelompok teoris ini dibentuk pada tahun 1931 menyusul protes atas kebijakan pertahanan Haganah yang diikuti oleh kelompok-kelompok bersenjata dari Gerakan Teroris Betar dan Haganah B. Untuk menunjukkan pada dunia dan khususnya muslim Palestina tentang siapa mereka, Irgun tampaknya sengaja membuat logo berupa gambar tangan sedang memegang senjata dan dibawahnya tertulis: Hanya ini caranya!
Vladimir Jabotinsky, seorang pemimpin ekstrim Zionisme, merupakan aktor intelektual dibalik organisasi ini. Sedangkan David Raziel adalah perjuang gerakan bawah tanah Zionisme yang didaulat sebagai pemimpin militer Irgun. Selain itu ada pula nama Avraham Stern. Ia adalah anggota para militer Yahudi yang terkenal militan. Stern sendiri merupakan pendiri kelompok esktrem Zionis lainnya yang bernama Lehi atau kadang disebut Geng Stern. Posisinya di IrgunIrgun. sebagai pengendali kebijakan politik kelompok teroris
Irgun terinspirasi akan Zionisme revisionis, nasionalis ekstrimis, dan spirit militerisme. Ketika para pemimpin organisasi ini merasa bahwa Haganah berubah menjadi moderat, maka mereka pun membentuk Irgun. Sejak semula, Irgun tidak hanya berorientasi pertahanan, tapi juga penyerangan. Jadi kelompok ini selain terkenal militan juga bisa disematkan sebagai kelompok Zionis yang masuk kategori brutal. Mereka sama sekali tidak mau mundur seujung jarumpun dari tujuan-tujuan Zionisme. Bahkan Siap mati demi nilai jahat Zionisme.
Dalam bukunya Negara Fiktif, Madjid Shafa mengungkapkan tentang bagaimana teror mereka terhadap bangsa Palestina. Mereka kerap melakukan operasi teror terhadap warga Arab dan Inggris di Palestina. Mereka juga menentang kebijakan politik Inggris dan mendatangkan warga Yahudi secara besar-besaran ke Palestina.
Di masa Perang Dunia Kedua, Irgun tercatat sangat aktif dalam mendatangkan orang Yahudi Eropa Timur secara ilegal. Dalam perjanjian dengan pemerintah Sayap Kanan Hungaria Polandia, dan Rumania pada masa itu, Jabotinsky berhasil memberi pelatihan militer kepada kurang lebih 4000 orang pasukan Irgun dan kelompk Betar. Pemerintah Polandia juga berjanji untuk memberi fasilitas senjata dalam jumlah besar terhdap Irgun.
Pada tahun 1940, Irgun bekerjasama dengan Inggris di bidang spionase. Oleh karena itu, kelompok Stern memisahkan diri dari Irgun. Pada 1943, Menachem Begin lalu mengambil-alih kepemimpinan Irgun dan memperluas operasi terornya terhadap warga Arab. Diantara yang paling menonjol adalah peledakan Hotel King David di Jerusalem pada tanggal 22 Juli 1946 yang memakan korban 91 orang tewas dan 46 lainnya terluka.
Hotel ini adalah kantor pusat otoritas Wajib Inggris Palestina, terutama Sekretariat Pemerintah Palestina dan Markas Besar Angkatan Inggris di Palestina dan Transyordan.
Hubungan organisasi ini dengan Haganah dan Agen Yahudi lainnya selalu terombang-ambing. Kadangkala hubungan mereka merenggang dan di saat lain mereka kembali bersatu.
Sejak permulaan tahun 1944, hubungan Irgun dengan para pejabat Inggris menjadi dingin, menyusul rencana pihak Zionis untuk menekan Inggris dan mengakhiri pemerintahan sementaranya di Palestina serta memberikan kesempatan pada orang-orang Zionis untuk membentuk pemerintah independen.
Pada September 1948, setelah berdirinya Israel, sama seperti Haganah, Palmach dan yang lainnya. Maka kelompok teroris ini juga diangkat menjadi tentara resmi Zionis Israel.
Pada masa itu, Ben Gurion menjabat sebagai Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan. Satuan-satuan Haganah sempat mengepung markas-markas Irgun di kawasan Nataniya dan Tel Aviv. Mereka melucuti senjata para anggota Irgun dan memerintahkan mereka untuk bergabung dengan tentara Israel.
Setelah itu, Begin membentuk Partai Hiroth dan tetap menjalankan ideologi rasisme dan terorisme Irgun. Bahkan perdana menteri Zionis, pada tahun November 1968 memberi penghargaan kepada para pemimpin Irgun atas jasa-jasa mereka dalam membentuk Negara Zionis Israel.
Referensi utama untuk mengenal Irgun adalah sebuah buku karangan pemimpinnya sendiri, Menachem Begin yang berjudul The Revolt, Story of Irgun. Jabotinsky yang merupakan aktor intelektual organisasi ini juga menulis sebuah buku yang berjudul Kelompok-kelompok Yahudi.
Dalam buku ini, ia menggambarkan orang-orang Yahudi sebagai warga Eropa yang sama sekali tidak memiliki hubungan dengan warga Arab. Demi memperluas teritorial Eropa, mereka bertugas menduduki Palestina hingga Sungai Eufrat lewat cara-cara keji.
Terkait operasi Irgun terhadap warga Arab, Begin mengatakan, “Pada tahap-tahap awal revolusi, kami berhasil mewujudkan salah-satu tujuan penting kami, yaitu melumpuhkan warga Arab. Pada tahun 1920, 1921, 1929, 1933, 1936, dan 1939, ketika Arab menyerang orang-orang Yahudi, Inggris menjustifikasi keberadaan dirinya untuk membela orang-orang Yahudi.”
Hal ini dinyatakan pada saat strategi teror Zionis menuntut penyerangan terhadap warga Arab. Begin juga menyatakan, “Dalam salah satu pertemuan para petinggi Irgun di penghujung Januari 1948, yang dihadiri oleh divisi perencanaan dan operasi, ada empat target strategis yang ditentukan yaitu Jerusalem, Yafa, Padang Lud Ramlah, dan kawasan Segitiga. Sebagian besar target-target ini diluar resolusi pembagian Palestina yang diserahkan kepada orang-orang Yahudi.”
Dia melanjutkan bahwa, “Ketika kami mengesahkan strategi penyerangan, kami tidak memiliki cukup senjata. Mengingat bahwa penyerangan-penyerangan pertama ke Yafa menunjukkan bahwa pendudukan kota ini sangat sulit, kami terpaksa menghimpun senjata”
Sehingga kemudian, para teroris Irgun memulai pemasangan ranjau dan aksi terror mereka terhadap warga muslim Palestina dengan tujuan memperoleh senjata. Betapa sadisnya mereka.
Betar, Pemuda Zionis yang Anti Islam
Inilah organisasi yang pernah membuat ulah dan provokasi bagi muslim Kanada dengan menyelenggarakan "Know Islamic Radical Week", Pebruari 2006 di Toronto. Meski membawa nama dan pembicara dari kalangan Islam, sejatinya mereka sedang memperolok-olok ajaran Islam. Ia pun mengundang Salim Mansur, Profesor di Ontario untuk berbicara hak-hak gay di Timur Tengah.
Organisasi Betar atau organisasi radikal pemuda Zionis merupakan salah satu bagian dari kelompok revisionis Zionis yang dipimpin Vladimir Jabotinsky. Organisasi ini dibentuk pada tahun 1923 di Polandia dengan tujuan mempersiapkan para pemuda Yahudi Polandia untuk hidup di Palestina. Mereka mendapatkan pembelajaran di bidang pertanian dan militer dan juga kursus bahasa Ibrani secara mendalam. Oleh karena itu tidak heran mereka memiliki misi untuk menyebarkan ideologi fasis bahwa hanya ada dua jalan bagi Zionisme: Perang atau Mati.
Sejumlah pemuda dengan ciri khas pakaian coklat ala pengawal Hitler, melakukan aktivitas militer dibawah organisasi teroris Zionis ini. Kelompok pemuda ini lebih memprioritaskan kegiatan militer ketimbang kegiatan lainnya. Mereka menyebut seorang Zionis Fasis seperti Jabotinsky sebagai bapak intelektual dan spiritual mereka.
Nama organisasi Betar sendiri diambil dari singkatan nama seorang perwira Yahudi tentara Tsar Rusia bernama Brit Yosef Trumpeldore. Ia terbunuh di tangan warga Palestina saat terjadi kerusuhan di salah satu kamp imigran Yahudi di kawasan Jalile Sofla.
Organisasi Betar menyelenggarakan konferensi pertamanya pada Januari tahun 1929, di Warsawa, Polandia. Dalam konferensi tersebut diputuskan bahwa struktur organisasi Betar adalah murni militer, tidak yang lain.
Kemudian pada Agustus 1929, terjadi pertikaian sengit antara personil bersenjata Betar dengan kaum Muslim di Tembok Ratapan. Pertikaian ini menyebabkan demonstrasi dan bentrok fisik yang memakan waktu cukup lama. Rangkaian peristiwa ini mengakibatkan sejumlah besar kaum Muslim dan orang-orang Zionis tewas dan terluka.
Meskipun AD/ART Betar menyebutkan bahwa aktivitas utamanya berkaitan dengan masalah-masalah militer, namun Betar tetaplah organisasi politik. Hal itu dibuktikan dengan dukungan mutlaknya pada Jabotinsky dalam mencapai tujuan-tujuan terkait kelompok-kelompok revisionis Zionis.
Jabotinsky yang memegang kepemimpinan organisasi revisionis mendukung kebijakan pendirian Negara Yahudi di Palestina. Namun hal itu sempat berlawanan dengan Zionisme Internasional. Ketika Jabotinsky melihat bahwa usahanya tak akan membuahkan hasil, maka ia pun menghapus keanggotannya di Betar dan meminta para pendukungnya untuk melakukan hal yang sama. Namun, sebagian besar pendukungnya tidak memenuhi permintaannya, karena mereka yakin bahwa tindakan semacam ini akan melemahkan posisi Organisasi Zionisme Internasional.
Akhirnya, menyusul perdebatan dengan para pendukungnya, maka Jabotinsky bertekad untuk membersihkan struktur organisasi revisionis dari orang-orang yang menantang dan meninggalkan organisasi Zionisme Internasional.
Menyusul keputusan ini, ia juga mengumumkan bahwa ia telah menyingkirkan para anggota dewan eksekutif organisasi revisionis. Ia menambahkan bahwa para anggota organisasi ini harus segera menyatakan persetujuan atau penolakan mereka melalui jalan pemungutan suara.
Akhirnya, pemungutan suara pun dilaksanakan pada April 1933. Tanpa diduga, kemenangan berpihak pada Jabotinsky. Dalam pemungutan suara, hasil mencatat bahwa 93,8 % menyetuju tindakan Jabotinsky dan hanya 6,2 % yang menolak.
Bisa dikatakan, dukungan para anggota Betar adalah faktor utama kemenangan Jabotinsky dalam pemungutan suara itu. Chaim Mordechai Katz, salah seorang petinggi dalam organisasi Betar, sempat menyatakan sebab dukungannya terhadap Jabotinsky. Katz berkata, “Ia (Jabotinsky) memimpin sebuah revolusi menguntungkan dalam gerakan Zionisme. Seorang pemimpn revolusi harus dikultuskan. Karenanya, segala perintah Jabotinsky harus dilaksanakan, entah itu benar atau salah.”
Diantara langkah politik lain yang diambil Betar adalah melakukan aksi demonstrasi di jalan-jalan Tel Aviv untuk menunjukkan penentangannya terhadap Persatuan buruh (Hestadarot). Demonstrasi ini dilakukan para anggota Betar pada tahun 1933, karena para revisionis menentang tujuan dan langkah-langkah Hestadarot.
Pada 11 september 1938, konferensi Betar pun kembali diselenggarakan di Warsawa. Saat itu, Menachem Begin masih berusia 25 tahun. Dengan pidato-pidatonya, Begin berhasil memprovokasi para peserta konferensi untuk melawan ancaman-ancaman Jerman. Akhirnya muncul atmosfer dimana para anggota Betar menuntut penguasaan atas tanah Palestina secepat mungkin.
Begin juga meminta para anggota organisasi mengubah sumpah keorganisasian mereka dengan berbunyi, “Aku hanya memegang senjata untuk membela bangsaku dan mengantarkan tanah airku menuju kemenangan.”
Rupanya, masalah ini menimbulkan perseteruan antara Begin dan Jabotinsky. Meski demikian, para anggota Betar menerima perubahan sumpah itu dan ikut mengesahkannya.
Akhirnya dengan segala tindak-tanduknya selama ini, dalam konferensi itu Jabotinsky mengeluarkan draft tujuan dari program-program Betar, yang diantarnya adalah:
1. Mendirikan imperium Israel di dua tepi sungai Yordania2. Legiunisme (membentuk kelompok-kelompok relawan militer)3. Kedisiplinan tinggi4. Meneguhkan kedudukan bangsa Yahudi5. Mobilisasi kekuatan6. Bahasa Ibrani7. Monisme.
Kini Betar telah berkembang ke berbagai negara. Selain berpusat di Israel, mereka juga berdiri di Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Australia, bahkan di Afrika Selatan.
Di Inggris mereka memang hanya ada seratusan anggota, namun gerakannya sampai kepada tingkat melobi pemerintah Inggris untuk pro Zionis. Lima tahun terakhir, mereka berdemonstrasi di jalan-jalan meneriakkan yel-yel pro Israel dan semangat anti Islam.
Lehi, Brutal dan Tidak Kenal Kata Kawan
We were not drafted by the whip, like a mob of slavesTo shed our blood in foreign landsOur will is to be forever freeOur dream – to die for our countryFrom all directions, tens of thousands of obstaclesCruel fate has placed on our pathBut enemies, spies and prison housesWill never be able to stop us
Itulah secuplik mars kelompok Teroris Lehi yang ditulis Avraham Stern bersama isterinya Roni. Lagu tersebut menggambarkan bagaimana militansi keompok Teroris Lehi dengan visi yang cukup menyentak dunia, yaitu mendirikan dan mengabdi pada Zionis Israel: Hidup maupun mati.
Setelah kematian Jabotinsky sebagai aktor intelektual Irgun pada tahun 1940, maka Avraham Stern pun keluar dari Irgun. Namun karir Avraham Stern tidak lantas surut, pria yang sangat rasis dan pro Zionis ini segera saja membentuk sel kelompok teroris baru yang diberi nama Lehi Hirot Israil (Lehi) atau dalam bahasa Indonesia disebut "Perjuangan Untuk Kebebasan Israel". Sebuah nama yang absurd kalau tidak mau dibilang aneh, karena Israel merasa terjajah dan berjuang untuk bebas, ya anomali. Sebab merekalah yang sejatinya menjajah dan bebas dari aturan hukum selama ini.
Lehi pun kemudian berkembang pesat menjadi basis militer Yahudi yang brutal dalam mendirikan Negara Zionis Israel. Mereka melancarkan aksi-aksi rekayasa agar Negara Zionis Israel cepat berdiri dengan mengorganisis para imigran Yahudi untuk berbondong-bondong menduduki tanah Palestina. Mereka pun aktif melancarkan propaganda tujuan Zionis ke seluruh dunia, yakni mendirikan Negara Yahudi di dua tepi sungai Yordan dan membentuk para pelobi Zionis di tiap konferensi perdamaian.
Pada Pebruari tahun 1942, Avraham Stern tewas dibunuh oleh pasukan Inggris. Kejadian ini pun memicu konflik dimana para kader LehiLehi. melakukan aksi teror kepada Menteri Inggris untuk Urusan Timur Tengah, Lord Movin. Aksi itu dilakukan semata-mata sebagai aksi balas dendam atas terbunuhnya Stern. Maka puncak daripada itu semua, pada tanggal 6 November 1944, Lord Movin pun tewas di tangan gerombolan
Pembunuhan ini sontak saja mengguncang pemerintah Inggris dan menyulut kemarahahan, Perdana Menteri Inggris, Winston Churchill. Kedua pembunuh, yakni Eliahu Bet-Zouri dan Eliahu Hakim akhirnya ditangkap. Mereka pun dieksekusi mati oleh pemerintah Inggris. Pada tahun 1975, jasad mereka pun dikembalikan ke Israel dan disambut rezim Zionis dengan upacara pemakaman kenegaraan. Bahkan pada tahun 1982, muncullah sebuah perangko bergambar Bet-Zouri dan Hakim yang ditempeli sebuah tulisan untuk mebangkitkan militansi Zionisme: "Syuhada perjuangan kemerdekaan Israel."
Melalui kerjasama dengan kelompok-kelompok teroris Zionis lainnya, Lehi melakukan operasi pembunuhan terhadap warga Arab, diantaranya adalah penyerangan dan pembunuhan kelompok Palestina di Yafa pada tahun 1947. Sedangkan pada tanggal 12 Januari 1947, anggota Lehi mengendarai truk yang berisi bahan peledak ke kantor polisi Inggris di Haifa dan menewaskan empat orang dan melukai 140 lainnya.
Selanjutnya pada bulan Mei 1948, sesaat seteleh berdirinya Negara Zionis Israel, maka para personil Lehi pun bergabung sebagai tentara resmi Israel. Sekalipun telah berhenti beroperasi, namun cabang Lehi di Yerusalem masih tetap melakukan aksi pemberontakan dan menamakan dirinya sebagai Front Tanah Air.
Kelompok inilah yang melakukan koordinasi dengan kelompok teroris Zionis lainnya untuk merencanakan dan melaksanakan aksi teror yang menewaskan Folke Bernadotte, seorang negosiator PBB pada tanggal 17 Spetember 1948. Pembunuhan itu disutradarai oleh Yehoshua Zettler dan dilaksanakan oleh empat orang yang dipimpin oleh Meshulam Makover. Jadi, disinilah kita perlu mengenal kepicikan Yahudi, karena disatu sisi mereka banyak dibantu PBB, namun disatu sisi bahwa pepatah “tidak ada lawan dan kawan abadi dalam politik” adalah keniscayaan. Ya itulah tabiat Yahudi.
Peristiwa ini rupanya membangkitkan kemarahan masyarakat dunia terhadap Israel. Hal itu kemudian memaksa mereka mengejar anggota-anggota Lehi dan menangkap para petingginya. Dua orang dari mereka kemudian divonis dengan hukuman penjara selama lima dan delapan tahun. Namun mereka segera dibebaskan dengan amnesti khusus yang dikeluarkan rezim pemerintah Zionis Israel. Karena bagaimanapun Israel memiliki hutang atas jerih payah Lehi membantu berdirinya Negara Zionis Israel.
Selanjutnya, setelah berdirinya Zionis Israel, pemerintahan Zionis Israel pun menghitung massa militer para anggota Lehi sebagai masa tugas wajib militer mereka. Selain uang pensiun, rezim Zionis juga menghadiahkan medali “Prajurit Negara” kepada mereka sebagai rasa terima kasih dan penghargaan atas jerih payah Lehi mewujudkan Negara fasis tersebut .
Nama Lehi memang kemudian seakan telah habis pasca berdirinya Negara Israel, namun hakikat gerakan mereka tetap berjalan secara rapih. Sebagai contoh pada tahun 1956, beberapa veteran Lehi mendirikan gerakan Aksi Semit. Mereka berusaha menciptakan sebuah federasi yang mencakup teritori Israel dan Arab atas dasar aliansi anti-kolonialis.
Bahkan pada tahun 1957, mantan anggota Lehi terlibat dalam kegiatan kelompok militan Israel, dan melakukan aksi pembunuhan terhadap Rudolf Kastner, seorang jurnalis Yahudi-Hungaria dan pengacara yang menjadi dikenal untuk memfasilitasi keberangkatan orang Yahudi keluar dari Hungaria yang diduduki Nazi selama Holocaust. Ya kisah yang juga direkayasa oleh Yahudi tersebut.
Zion Mule Corps dan Cikal Bakal Tentara Israel
Kelompok teroris ini didirikan oleh Yosef Trumpeldore. Ia adalah seorang aktivis Zionis yang tergolong generasi awal dan terkenal militan. Dilahirkan di Rusia tahun 1880, ia kemudian berkembang menjadi Tokoh Yahudi yang siap berkorban demi agama dan bangsa. Padahal, awalnya ia hanyalah seorang yang bercita-cita menjadi Dokter Gigi, namun keadaan memaksanya mengubah haluan bergabung ke barisan sukarelawan tentara Rusia pada tahun 1902.
Selama Perang Rusia-Jepang, Yosef pun berpartisipasi dalam pengepungan Port Arthur, di mana Yosef kehilangan lengan kirinya karena pecahan peluru. Ia sampai menghabiskan waktu seratus hari di rumah sakit untuk menjalani masa pemulihan.
Namun sekalipun masih dalam perawatan, ia lebih memilih untuk menyelesaikan baktinya terhadap Tuhan. Trumpeldor sepertinya benar-benar didedikasikan untuk negaranya, Rusia. Ketika ia ditanya tentang keputusannya kembali ke medan pertempuran meski dalam kondisi sebelah tangan, ia justru menjawab, "tapi aku masih memiliki satu lengan untuk diberikan kepada tanah air."
Ketika, Port Arhur menyerah, Yosef pun dibawa tentara Jepang ke tempat penahahan. Saat itu, bersama dengan beberapa tahanan perang, ia berbagi keinginan untuk mendirikan sebuah peternakan di jantung Yahudi, yakni Israel. Sekembalinya dari penawanan, ia pun akhirnya pindah ke St Petersburg. Trumpeldor kemudian menerima empat tanda penghargaan oleh Pemerintah Rusia yang membuatnya menjadi prajurit Yahudi paling disegani di negeri Beruang Merah tersebut. Dan akhirnya pada tahun 1906, Yosef pun didaulat menjadi orang Yahudi pertama dalam ketentaraan untuk menerima amanah di bagian komisi perwira.
Mengingat karena dirinya cacat, maka Yosef mulai mempelajari hukum. Ia pun kemudian mengumpulkan sekelompok pemuda Zionis di sekelilingnya dan pada tahun 1911, mereka beremigrasi ke tanah Palestina, yang kala itu masih dibawah naungan Kekaisaran Ottoman. Saat awal-awal tiba di Palestina, maka Yosef dan kawan-kawannya bekerja pada sebuah peternakan di pantai laut Galillea.
Selanjutnya ketika meletus Perang Dunia Pertama, ia bersama Ze'ev Jabotinsky pergi ke Mesir. Darah militernya kembali muncul melihat konflik antar Negara kembali terjadi. Akhirnya, bersama Jabotinsky ia mengembangkan ide untuk membentuk Legiun Yahudi dalam rangka membantu Inggris melawan Kekaisaran Ottoman. Akhirnya pada tahun 1915, ia pun membentuk Zion Mule Corps.
Banyak para pengamat menyatakan bahwa Zion Mule Corps adalah satuan militer pertama yang menyatukan seluruh Yahudi selama hampir kurun waktu 2000 tahun belakangan, bahkan Zion Mule Corps digadang-gadangkan sebagai cikal bakal Tentara Resmi Israel suatu saat kelak. Dan pada saat bersamaan pula Yosef mulai mengembangkan suara untuk mendirikan Negara Israel.
Maka, sekembalinya ke Petrograd, Rusia, pada tahun 1918, Yosef pun mengorganisir orang-orang Yahudi untuk membela diri dan mendirikan HeHalutz, sebuah organisasi pemuda yang dipersiapkan untuk berimigrasi menuju Palestina.
Setelah Negara Zionis Israel berdiri tahun 1948, Negara Israel menarik anggota kelompok-kelompok Zion Mule Corps untuk menjadi bagian dari tentara Israel. Para petinggi kelompok-kelompok teroris Zion Mule Corps juga dipilih sebagai wakil di Parlemen. Setelah kematiannya, Trumpeldor menjadi simbol pembelaan total kepada Yahudi. Kata-kata terakhirnya, "Never mind, it is good to die for our country" (En Davar, tov Lamut be'ad artzenu אין דבר, טוב למות בעד ארצנו), menjadi terkenal dalam gerakan Zionis baik sebelum dan seteleh berdirinya Israel.
Bahkan sampai era seterusnya, Yosef Trumpeldor pun dianggap sebagai pahlawan oleh kedua basis politik di Israel baik di sayap kanan maupun sayap kiri Zionis. Gerakan sayap kiri pun mendirikan monument untuk menghormatinya. (pz)
Footnote:
[1] Buku Putih 1939, yang juga dikenal sebagai Buku Putih MacDonald sesuai dengan nama Malcolm MacDonald, Menteri Negara Urusan Koloni Britania Raya yang memimpin penulisannya, adalah sebuah dokumen yang berisi kebijakan yang diterbitkan oleh pemerintah Britania di bawah Arthur Neville Chamberlain yang memutuskan untuk meninggalkan gagasan tentang pembagian Palestina di bawah mandat Britania, dan sebaliknya membentuk Palestina yang merdeka yang diperintah bersama-sama oleh orang-orang Arab dan Yahudi.
eramuslim