Rabu, 30 Mei 2012

Rabi Amerika Buka Rahasia Kekejaman Yahudi

rabi-friedman

Rabi Manis Friedman mengakui, membunuh orang tak berdosa dan tempat ibadah adalah cara perangnya orang Yahudi.

Sebagian orang mungkin bertanya-tanya, mengapa Yahudi Israel begitu membabi buta menyerang siapa saja dan apa saja yang menjadi lawannya. Pertanyaan itu terjawab oleh pernyataan seorang rabi di Amerika.

Rabi tersebut seorang Yahudi Ortodoks Amerika, yang mengatakan bahwa cara bertempur orang Yahudi dalam perang agama adalah dengan membunuh masyarakat sipil dan menghancurkan tempat-tempat ibadah. Pernyataan ini telah menyulut perselisihan besar.



Rabi bernama Manis Friedman dari Bais Chana Institute of Jewish Studies, Minnesota, tersebut berkata menjawab pertanyaan sebuah majalah Yahudi Amerika, yang dimuat dalam rubrik Ask the Rabbis.


Ia mengatakan, “Satu-satunya cara melawan (musuh) dalam perang agama adalah caranya orang Yahudi: Menghancurkan tempat-tempat suci mereka. Membunuh laki-laki, perempuan, dan anak-anak mereka (dan juga hewan ternak mereka).”


palestina-israelIa juga menolak konsep moral “orang Barat”, dengan mengatakan, “Saya tidak percaya dengan nilai moral Barat, seperti jangan bunuh masyarakat sipil, jangan menghancurkan tempat-tempat suci mereka, jangan bertempur selama waktu hari raya, jangan membom pemakaman, dan jangan menembak sampai mereka menembak lebih dulu karena hal itu tidak bermoral.”


Editor majalah Moment, Nadine Epstein, mengatakan, mereka menerima banyak surat dan e-mail menanggapi penyataan rabi Friedman, dan hampir tak ada satu pun tanggapan yang positif.


Belakangan Friedman mengakui bahwa kata-katanya “tidak bertanggung jawab” dan meminta maaf jika hal itu menimbulkan salah pengertian. Namun demikian sepertinya ia mencoba membela diri dengan mengatakan, dirinya hanya mencoba untuk “sedikit menyinggung masalah yang terkait moral dalam hal keadaan yang memaksa militer harus menahan tembakannya terhadap orang-orang dan tempat-tempat tertentu, di saat terjadi pertempuran berdarah yang meluas.”


Lucunya, Friedman yang berasal dari Chabad-Lubavitch, sebuah gerakan Hasidik – bagian dari Yahudi Ortodoks, juga berargumen dengan menyebut dirinya berbeda dengan orang Arab – yang ia sebut teroris – ketika bicara tentang membunuh orang sipil Yahudi.



“Mereka mengatakan itu (membunuh orang sipil) adalah genosida, bukan membela diri,” kata Friedman. “Bagi mereka, ada sebuah keyakinan dalam agamanya bahwa mereka harus menghancurkan wilayah kita. Sedangkan kita (Yahudi) tidak seperti itu.”


Ibrahim Hooper, juru bicara nasional dari Council on American-Islamic Relations (CAIR), mengatakan kepada Muslim News, “Genosida adalah genosida, baik itu dilakukan pada waktu perang atau saat damai. Saya hanya bisa membayangkan (apa yang akan terjadi) jika saja pernyataan itu dikeluarkan oleh seorang pemimpin Muslim Amerika, mendukung pemikiran ekstrim seperti itu.”


Hooper mengatakan, ia tidak hanya terkejut dengan pernyataan Friedman saja, “Pernyataan itu dimuat di majalah terkenal, Moment. Hal seperti itu, baru pertama kali saya dengar di negeri ini. Kalau di sana (Israel) banyak rabi yang mengeluarkan pemikiran yang sama dengan serdadu-serdadu Israel.”


Direktur komunikasi CAIR wilayah Minnesota, Jessica Zikri, berkata kepada Muslim News, “Sikap diam terhadap pernyataan ekstrim seperti itu, hanya akan disangka oleh orang tersebut bahwa ia mendapatkan persetujuan dan legitimasi.”


Wanita itu mengatakan, ia menghargai jawaban yang lebih moderat dari rabi lainnya yang dimintai pendapat oleh majalah Moment.


Sementara itu orang Yahudi yang tidak setuju dengan pandangan Friedman memberikan pernyataannya. Dalam sebuah pernyataan kepada Muslim News, Cecilie Surasky dari Jewish Voice for Peace mengatakan, “Pernyataan keterlaluan yang dikeluarkan oleh Friedman bahwa membunuh laki-laki Arab, para wanita dan anak-anak, dan menghancurkan tempat-tempat ibadah mereka adalah ’sebuah cara orang Yahudi’, adalah pernyataan yang sangat menghina semua orang, khususnya orang Yahudi yang memegang nilai bahwa semuanya punya hak hidup yang sama. Pernyataannya tidak mewakili mayoritas umat Yahudi.”



“Kami tahu ada banyak peningkatan jumlah pemukim Yahudi ekstrimis di Israel dan para pendukung mereka dari Amerika, yang menolak untuk mengakui hak hidup bagi orang Palestina dan Arab. Jauh dari tujuan membawa kedamaian dan keamanan bagi Yahudi. Sikap mejijikkan yang tidak mengakui hak hidup orang-orang non-Yahudi, hanya akan membawa kepada pertumpahan darah yang lebih banyak.”


Direktur Eksekutif National Educational Foundation, HaMifgash, Rabbi Haim Beliak mengatakan, “Pernyataan pertama dan permintaan maaf yang dikeluarkan Manis Friedman menandakan tidak adanya moral dan tidak adanya etika dalam sikapnya. Friedman tidak bicara untuk Yahudi, tidak ada nilai-nilai Yahudi di sana, jika dalam lingkungan itu orang Yahudi dan non-Yahudi tidak diperlakukan sebagaimana seharusnya sebagai manusia. Etika Yahdi mengajarkan bahwa kita berhutang kewajiban terhadap ‘orang lain’ agar perhatian dan peduli. Bukan hanya dalam teori, tapi juga praktek. Dalam masa perang atau pun damai, status masyarakat sipil dan orang tak berdosa harus dihormati.”

[di/mn/]