Selasa, 08 Mei 2012

Keadaan Islam dalam Perang Dunia I

Pada awal abad 20, negara-negara di EropaI mengalami perkembangan dalam bidang teknologi industri dan militer. Menyadari hal itu, Ottoman atas perintah Khalifah Ahmad III (1703-1730) mendatangkan ahli militer dari Eropa untuk pembaharuan militer dalam kerajaan, contohnya pada tahun 1717 M, seorang perwira Prancis, De Rochefort, yang mengembangkan korp Artileri dan mendalami ilmu militer modern. Lalu pada tahun 1729 M Ottoman mendatangkan comte de Bonneval, yang mengajarkan cara menggunnakan meriam.

Islam yang saat itu berada dibawah kekuasaan Kekhalifahan Turki Usmani merupakan kekuatan yang cukup besar pada saat PD 1, meskipun berada dalam kemunduran setelah bertahan selama ratusan tahun namun kuantitas militer yang dimiliki Turki Utsmani bisa dibilang cukup besar. Dengan pasukan ‘Royal Jannisery’ yang terkenal handal dan kuat Turki Utsmani merupakan kekuatan yang cukup disegani.

Turki Utsmani terlibat dalam PD I atas bujukan Jerman yang khawatir Turki Utsmani akan bergabung dengan blok sekutu. Turki yang kebetulan memiliki hubungan yang kurang baik dengan salah satu anggota blok sekutu, Rusia, karena Perjanjian San Stefano dan Perjanjian Berlin akhirnya bergabung dengan Poros Utama Jerman, Austro- Hungaria, Bulgaria.

Setelah perang dunia I berakhir dengan kekalahan blok Jerman, Autro-Hungaria, Bulgaaria, Ottoamn, akhirnya berakhir pulalah sistem pemerintahan Islam yang menggunakan kekhalifahan. Negara-negara yang tadinya bergabung dengan Ottoman akhirnya mendirikan Nasional sendiri karena taktik Lawrene of Arabia dari Inggris, menyebabkan Nasional menjadi lebih dipentingkan dibanding agama. Sebut saja Tunisia, Aljazir, dan Syiria di timur tengah atau Pakistan, Afganisthan, Palestina di Asia. Semua terpecah menjadi negara-negara kecil sendiri. Turki sendiri kemudian menjadi sebuah negara sekuler dibawah pemerintahan Mustafa Kemal Attaturk, Turki Modern.

Ausof Ali