Sabtu, 23 Juni 2012

IIPAC, LSM Kaki Tangan Zionis Yahudi Israel di Indonesia!

iipac-logo


Sudah menjadi rahasia umum jika zionisme yahudi Israelberusaha masuk ke Indonesia- negeri dengan komunitas Muslim terbesar di dunia-dengan menghalalkan segala macam cara. Setelah terbongkarnya kedatangan rahasia Amira Arnon-Duta Besar Israel untuk Singapura-ke Jakarta pada tanggal 20-27 Maret lalu, kini tersebar sebuah dokumen yang memperlihatkan nama Hani Yahya Assegaf-anak dari agen BIN Yahya Assegaf-menjadi pendiri LSM Indonesia Israel Public Affairs Comitte (IIPAC), bersama Benyamin Ketang, selaku Direktur IIPAC.


Di dokumen Akta Pendirian IIPAC yang didaftarkan melalui Notaris Nirmawati Marcia SH di Jakarta tertanggal 21 Januari 2002, tercatat nama-nama pendiri IIPAC, yakni sebanyak 5 orang, yaitu :



  1. Benyamin Ketang

  2. Mr. Sakata Barus

  3. Mr. Poppe Alexander Z

  4. Mr. Hani Yahya Assegaf alias Han Sagov

  5. Mr. Y. Gatot Prihandono, SSI


haniyahyasagovDi Pasal 2 Akta Pendirian tersebut dijelaskan tujuan IIPAC, yakni untuk menyelenggarakan kerjasama dengan lembaga-lembaga Israel, Yahudi Internasional, dan melindungi hak-hak warga Yahudi dan keturunan Yahudi di Indonesia serta memajukan kerjasama bisnis, investasi, IT, dan pendidikan tinggi dengan universitas di seluruh dunia.


Dalam artikel yang ditulis oleh Artawijaya berjudul “Waspada, Hubungan Gelap Penguasa dan Pengusaha Israel” dijelaskan bagaimana Direktur IIPAC, Benyamin Ketang, begitu bernafsu untuk bisa membuka hubungan dengan zionis yahudi Israel.


Benjamin Ketang mengatakan,”Saya rasa dampak ekspansi Israel di Indonesia tidak perlu 10 tahun dari sekarang. Tiga tahun saja kalau ada komando dari Israel, maka mereka akan beramai-ramai datang keIndonesia,” ujarnya. Pria asal Jember, Jawa Timur, yang merupakan alumnus Hebrew University ini kemudian menegaskan, “Tradisi orang Yahudi itu kalau komunikasi selalu dengan high level, levelnya pasti presiden atau menteri…” Ketang yang membidani lahirnya lembaga lobi Yahudi di Indonesia ini menyatakan, investor Israel saat ini melirik sektor teknologi informasi dan pertanian. Dua sektor ini tentu sangat strategis dan penting, karena berkaitan denga hajat hidup orang banyak.


Sementara itu Munarman menjelaskan kaitan Hani Yahya Assegaf, sebagai pendiri ke-3 dari IIPAC dengan Benyamin Ketang, dan agenda Zionisme Yahudi Internasional. “Kalau kita perhatikan tujuan IIPAC dalam pasal dua jelas, yakni untuk menyelenggarakan kerjasama dengan lembaga-lembaga Israel, Yahudi Internasional. Yahudi Internasional ini jangan lupa, sebagaimana dalam buku “International Jews” karya Henry Ford, itu jelas sekali bagaimana kejahatan-kejahatan International Jews ini. Nah, dia bekerjasama dengan lembaga-lembaga internasional Yahudi tersebut, dan melindungi hak-hak warga Negara Yahudi dan keturunan Yahudi di Indonesia. Jadi jelas sekali agendanya apa. Serta memajukan kerjasama bisnis, investasi, IT, dan pendidikan tinggi dengan universitas di seluruh dunia. Saya kira agendanya sangat jelas sekali. Benyamin Ketang sendiri kalau kita lihat di dokumennya, adalah lulusan Hebrew University. Jadi dia memang dididik di Yerusalem, dia lulus tahun 2006, dengan gelar Master of Arts. Jadi, kaitannya jelas sekali antara Hani Assegaf, Benyamin Ketang, dan Yahya Assegaf. Clearly!”


Dalam sebuah dokumen, nampak ijazah Benyamin Ketang, lelaki kelahiran 22 September 1972, asal Dusun Krajan RT 03/04 Desa Taman Sari Wuluhan, Jember, Jawa Timur, lulusan The Hebrew University of Jerusalem, Rothberg International School. Kelulusannya dalam ijazah tersebut ditanda tangani oleh Prof. Steven Kaplan, tertanggal 28 Juli, 2006.


Menurut Artawijaya, Benjamin Ketang adalah kader muda NU binaan Gus Dur yang berhasil menyelesaikan studi masternya di Hebrew University, Jerussalem. Benjamin Ketang yang bernama asli Nur Hamid adalah kader muda NU yang diplot untuk membangun sebuah jejaring politik dan bisnis Yahudi di Indonesia. IIPAC yang diketuai Ketang beraliansi ke AIPAC dan Australia Jewish Comitte.


openurmind-e1310357404491Menurut Benjamin Ketang sendiri, kemunculan IIPAC berawal dari kegagalan upaya Menteri Luar Negeri Alwi Shihab (1999-2001) atas sokongan Presiden Abdurrahman Wahid untuk membuka hubungan dagang dengan Israel. Tak lama setelah kegagalan rencana Wahid dan Alwi itulah, terbentuk sebuah lembaga berbasis di Jakarta yang bercita-cita mengarahkan opini publik dan elit Indonesia agar pro-Israel. Lembaga yang dikendalikan delapan orang itu bernama Indonesia-Israel Public Affairs Committee, disingkat IIPAC. Logonya Bintang Daud bersegi selusin tapi warna dasarnya merah dan putih.


Benyamin Ketang, Unggun Dahana, dan komunitas Yahudi di Indonesia yang dibangunnya pernah merencanakan untuk merayakan kemerdekaan Israel, Sabtu 14 Mei 2011 lalu. Selain itu, mereka bersama dengan aktivis Yahudi Israel lainnya, pernah mengadakan seminar akhir zaman “Persiapan Pembangunan Bait Allah” di Kelapa Gading Trade Center Hypermart Lt.2, Sabtu (25/06/2011).


Dalam sebuah semiloka bertajuk “Mengungkap Jaringan Yahudi di Indonesia, Ahad (31/1/2010), Munarman, SH mengatakan bahwa jaringan Yahudi menjalankan operasinya di Indonesia dengan menggunakan cover atau samaran. Salah satunya adalah kegiatan dagang.


“Cara yang paling ampuh dalam mengelabuhi masyarakat adalah dengan informasi. Alatnya adalah media massa untuk melakukan propaganda. Propaganda itu dilakukan dengan menampilkan citra diri baik, menyembunyikan keburukan dirinya, dan membongkar kejelekan pihak lawan. Itulah yg dilakukan oleh media massa Zionis Israel“.


Wikileaks : Anti Islam, pro Israel!


wikileaks_logoKini menjadi lebih jelas mengapa Wikileaks membocorkan dokumen yang memfitnah FPI dan kaitannya dengan Yahya Assegaf, agen BIN, dan anaknya Hani Assegaf, yang merupakan pendiri IIPAC. Wikileaks, yang awalnya mendapat simpati seluruh dunia karena menjadi organisasi internasional pembocor dokumen Negara melalui situsnya, sejak November 2010, ternyata tidak lain hanya merupakan antek Zionis Yahudi Internasional. Hal ini semakin diperkuat dengan tidak adanya dan tidak beraninya Wikileaks membocorkan kawat diplomatik kedubes Amerika yang ada di Tel Aviv, Israel.


Hingga saat ini, belum penah ada rilis bahwa Wikileaks membocorkan dokumen kawat diplomatik kedutaan besar Amerika yang ada di Tel Aviv, Israel, yang mengungkapkan kebobrokan ataupun adanya skandal politik di negeri Zionis tersebut. Bahkan, kalau kita telusuri ke halaman penyimpanan dokumen Wikileaks, kita hanya menemukan 3 buah artikel tentang Israel, yang itupun belum dipublikasikan.


Sebenarnya, keberadaan organisasi Wikileaks dan para pendirinya juga cukup misterius. Hingga saat ini, hanya Julian Assange yang diketahui identitasnya oleh publik. Assange juga menjabat sebagai direktur dan anggota dari Dewan Penasihat Wikileaks. Sebelum mendirikan Wikileaks, Assange yang berasal dari Australia merupakan seorang penerbit dan jurnalis. Julian Assange dipilih untuk mewakili Wikileaks di publik karena keadaan dirinya yang tidak memiliki rumah ataupun keluarga sehingga dianggap merupakan sosok yang tepat. Sementara itu, pendiri Wikileaks yang lainnya memilih untuk tidak mengungkapkan identitasnya.


Sayangnya, bocoran dari Wikileaks terlanjur dipercaya publik. Padahal, tidak sedikit informasi dari Wikileaks justru menyesatkan dan merugikan umat Islam, contohnya dalam kasus fitnah terhadap FPI.


Munarman SH, berpendapat bahwa bocoran-bocoran Wikileaks itu penuh dengan rekayasa dan keganjilan. Karenanya, Munarman menyayangkan ketidakkritisan media dalam mengutip bocoran Wikileaks. Semestinya, media mengungkapkan fakta-fakta ganjil dan pola kerja Wikileaks yang hanya bersumber pada kawat diplomatik Amerika kepada Washington, ungkapnya dalam sebuah wawancara, Senin (5/09/2011).


“Kalau kita lihat pola yang ada di Wikileaks maka mereka selalu mengambil sumbernya dari kawat diplomatik kedutaan Amerika di seluruh dunia, baik itu Indonesia, Malaysia, hampir semua Negara pernah dibocorkan oleh Wikileaks dan itu sumber satu-satunya adalah kawat diplomatik yang merupakan laporan diplomat-diplomat Amerika kepada Washington. Namun kita harus melihat dengan jernih, belum pernah ada bocoran kawat diplomatik oleh kedutaan Amerika di Tel Aviv, Israel. Jadi tidak pernah ada penilaian oleh diplomat Amerika terhadap kondisi Israel yang dibocorkan oleh Wikileaks. Ini adalah sebuah fakta yang harus menjadi perhatian. Dari sini sebetulnya kita bisa melihat sebetulnya fungsi dari Wikileaks adalah membuat destabilisasi di rezim-rezim dimana Negara yang rezimnya sudah tidak disukai Amerika, untuk menggoyang.”


Beliau menambahkan bahwa modus yang ditempuh Wikileaks penuh rekayasa dan menghalalkan segala cara. Salah satunya adalah dengan metode viktimisasi yang mengesankan pendiri Wikileaks sebagai sosok tertindas dan paling diburu Amerika. Padahal faktanya sampai sekarang pendiri Wikileaks masih aman-aman saja. “Jadi mereka mau mengesankan kepada publik terlebih dahulu bahwa Jullian Assange diblame, dicap sebagai orang yang ditindas karena membocorkan informasi, agar Jullian Assange dan Wikileaks tidak lagi dicurigai informasinya tidak akurat. Dengan dia diburu oleh pemerintah Swedia dan kemudian Amerika pura-pura ikut. Tapi sampai sekarang tidak pernah ditindak, bahwa Amerika akan melakukan tuntutan hukum kepada Jullian Assange tidak pernah ketahuan sampai sekarang, gertak sambal itu. Dengan memposisikan sebagai korban tanpa reserve terlebih dahulu nantinya orang akan mendukung, ini yang terjadi dengan Wikileaks sekarang. Apa pun yang dikeluarkan oleh Wikileaks orang sudah tidak mempertanyakan lagi, karena menganggap Wikileaks ini bertentangan dengan Amerika, bertentangan dengan negara-negara Barat tapi tidak ada satu pun informasi yang keluar mengenai Israel,” pungkasnya.


Kini, jelaslah sudah hubungan dan kaitan antara Wikileaks, agen BIN, dan konspirasi Zionisme Israel untuk menghancurkan gerakan Islam. Waspadalah, Waspadalah…! [slm/fpi]

FPI