Dalam buku buku sejarah ditemukan beberapa nama ulama, cendekiawan, sufi,
filsuf, dan para Imam Syiah yang berasal dari keturunan Nabi Muhmmmad saw
meninggal akibat perlakuan para khalifah Umayyah, Abbasiyah, dsb.
Diceritakan Imam Husein bin Ali beserta 73 pasukannya wafat dibantai oleh
sekitar 30.000 (kalau tidak salah sampai 70.000) pasukan yang mendapat perintah
dari Yazid bin Muawiyah, khalifah Ummayah.
Kejadiantersebut terjadi pada 10 Muharram 61 Hijriah. Hanya tinggal kaum perempuan dan seorang putra Husein yang bernama Ali bin Husein Zainal Abidin yang selamar. Ali bin Huesin tidak dibantai karena sakit sehingga berada dalam kemah. Mereka yang selamat ini ditawan dan diarak serta dipenjara. Terkadang tidak lepas dari cambukan.
Setelah dibebaskan, Ali Zainal Abidin lebih banyak berdiam diri dan tekun ibadah sehingga dikagumi masyarakat pada masa itu. Khawatir terhadi balas dendam dan mungkin alasan
politik juga, Khalifah Umayyah Al-Walid bin Abdul Malik bin Marwan meracuni
makanannya. Kemudian Ali Zainal Abidin wafat pada 25 Muharram 95 H.
Begitu juga nasib putranya, Muhammad Baqir. Ia diracun oleh khalifah Umayyah dan
wafat pada Senin, 7 Dzulhijah 114 H.
Ja`far Shadiq, guru dari 4 imam fikih, pun bernasib sama. Ja`far Shadiq wafat
diracun pada 25 Syawal 148 H./13 Desember 765 M. oleh Abu Jafar Mansur, khalifah
Abbasiyah.
Musa Al-Kazhim, salah satu keturunan Nabi saw yang ahli dalam ilmu debat,
ditangkap dan dijebloskan ke penjara oleh Harun Al-Rasyid, khalifah Abbasiyah.
Kemudian dibunuhnya melalui tangan Sanadi bin Sahik dengan racun hinga wafat
pada Jumat, 25 Rajab 183 H. Jenazahnya dibiarkan tergeletak dipenjara selama
tiga hari dan dibuang di jembatan Al-Karkh, Baghdad.
Yang lainnya adalah Ahmad bin Hanbal (ahli fikih dan hadis), Al-Khuzzai (ahli
filsafat), Al-Buwaythi (ahli ilmu kalam) diperlakukan dengan kejam hingga
berakhir dengan kematian oleh Al-Mutawwakil, khalifah Abbasiyah tahun 232-247
H/842-847 M. Bahkan, Imam Syafii pun beserta para pendukung Syiah diseret dalam
keadaan terbelenggu dari Yaman ke Baghdad.
Al-Muqtadir, khalifah Abbasiyah melarang mengajar di madrasah atau masjid pada
Ibnu Jarir Ath-Thabari (ahli tafsir dan sejarah) bahkan memerintahkan para
pengawalnya untuk melemparinya dengan batu hingga wafat.
Ibnu Khallikan menceritakan An-Nasai ketika tiba di Damaskus langsung
diintrogasi perihal keyakinannya dan diminta untuk memuji Muawiyah dalam salah
satu kitab haditsnya. Karena tidak mau maka dipukuli dan tulang punggungny ada
yang patah. Ia mati dalam penjara. Kemudian Nashr bin Ali (ahli hadis) pun
bernasib sama. Tentang Nashr lihat saja kitab Tahzib Al-Tahzib karya Ibnu Hajar
Asqalani.
Abu Al-Qasim Qiwamuddin Nashir bin Ali Al-Daragazini, menteri Saljuk Abbsiyah,
menangkap seorang sufi bernama Ayn Al-Qudat dan memasukkannya ke dalam penjara
hanya karena berbeda pandangan soal ketuhanan (teologi). Sultan Saljuk, Mahmud
yang berkuasa pada tahun 511-524 H/1118-1131 M menjatuhi hukuman mati pada Ayn
Al-Qudat pada 6 Jumadil Akhir 525H./ 6 Mei 1131 M. Tentang ini lihat buku “A
Sufi Marty terbitan London 1969.
Termasuk beberapa sufi dan ahli kalam/teologi seperti Abu Mansur Al-Hallaj, Zaid
bin Ali dan Yahya bin Ali dari mazhab Zaidiyah, Al-Ja`d bin Dirham, Jahm bin
Shafwan, dsb yang dibunuh oleh khalifah-khalifah Umayyah dan Abbasiyah. Yang
terkenal adalah proses pengujian keyakinan saat Mu`tazilah jadi mazhab
pemerintah Abbasiyah banyak ulama dan pejabat yang berakhir ditiang gantungan.
Begitu juga saat Asyariyah menjadi mazhab pemerintah Abbasiyah setelah kematian
khalifah Al-Mutasim dan Wasiq. Mereka balas dendam kepada pengikut Mu`tazilah
dan mengeyahkan pengikut Syiah.
Syaikh Suhrawardi Al-Maqtul, filsuf dan sufi, dipenggal oleh Salahuddin Al-Ayubi
Karen berbeda pendapat dengan para ulama yang ada di sekitar pemerintahan
Salahuddin Ayubi.
Contoh lain adalah Abu Bakar Al-Sarakhsi, ahli fikih, yang menulis kitab
Al-Mabsuth, dipenjarakan oleh pemerintah Abbasiyah pada 1090 M.
Al-Syaikh Ulaysh, ahli kalam, pada tahunn 1882 M. diseret ke penjara dan disiksa
hingga mati. Bahkan, Ibnu Qayyim (murid Ibnu Taymiyyah) disiksa hingga
bermandikan darah kemudian diarak dengan keledai keliling kota. Siapakah yang
menyiksanya? Jawabannya: baca buku sejarah.
Di Nusantara, ulama pun tidak lepas dari bantaian penguasa yang sedang
memerintah. Misalnya Syamsuddin Sumatrani, Hamzah Fansuri, dan Siti Jenar
nasibnya tidak beda dengan mereka yang disebutkan di atas. Siapakah yang
melakukannya? Baca buku sejarah. Telaah dan gunakan metodologi sejarah kemudian
baru komentar atau ambil kesimpulan. [ahmad sahidin, pembaca buku]
Ahmad Sahidin