Rabu, 04 Juli 2012

Nabia Abbott (1897-1981) Tentang Pertumbuhan Isnâd dan Periwayatan Hadis Secara Tertulis

Abstract:

This writing focuses on the study of Nabia Abbott’s theories on the growth of isnâd and the written transmission of Prophetic hadîth. This research is significant to do because there were misunderstandings from the students of Prophetic hadîth in the West, like Ignaz Goldziher who said that the growth of Prophetic hadîth in a big quantity in the second and the third century A.H. is caused by the fabrication of the text (matn) of Prophetic hadîth and that in early Islam, hadîth was transmitted orally only and there is no written document in the process of its transmission. Different from Ignaz Goldziher ideas, Nabia Abbott of the opinion that the phenomenal growth of hadîth in the second and the third century A.H. was not caused by the growth of the text (matn) of hadîth, but by the parallel and multiple growth of isnâd (chain of transmission). Beside that, Nabia Abbott of the opinion that the practice of writing hadîth was occurred since early Islam, namely that the members of family of Muhammad peace be up on him, his Companions and his clients wrote hadîth and preserved these writings, and continuously, namely that most of hadîth was transmitted orally and its transmission goes hand in hand with the transmission of written documents until the hadîth was compiled in the canonical hadîth collections.


Keywords:


Isnâd, Pertumbuhan isnâd, periwayatan tertulis, sumber tertulis



Pendahuluan


Ada empat hal yang membuat Ignaz Goldziher (1850-1921 M) meragukan autentisitas hadis. Pertama, materi-materi hadis yang terdapat dalam koleksi hadis belakangan tidak menjelaskan rujukannya kepada koleksi tertulis yang lebih awal dan menggunakan istilah-istilah dalam isnad yang menunjukkan periwayatan hadis secara lisan dan bukan sumber tertulis (written sources). Kedua, adanya hadis-hadis yang kontradiktif satu sama lain. Ketiga, pertumbuhan hadis pada koleksi-koleksi belakangan tidak teruji kebenarannya pada koleksi-koleksi yang lebih awal. Keempat, adanya fakta bahwa para shahabat kecil lebih mengetahui Nabi saw., yakni mereka meriwayatkan lebih banyak hadis daripada para shahabat besar yang telah mengetahui Nabi saw. dan bergaul dengannya jauh lebih lama.[1]


Pandangan Ignaz Goldziher ini telah dikritik oleh Nabia Abbott (1897-1981 M) setelah ia meneliti dokumen-dokumen hadis masa awal. Dari perdebatan yang cukup hangat itu, penelitian ini difokuskan pada teori-teori Nabia Abbott dalam bukunya, Studies in Arabic Literary Papyri, Vol. II (Qur`anic Commentary and Tradition) khususnya tentang persoalan pertumbuhan isnad hadis dan periwayatan hadis secara tertulis serta berbagai impilaksi yang ditimbulkan dari teori-teori itu terhadap autentisitas kitab hadis dan watak ilmu hadis. Ada beberapa pertimbangan yang cukup penting yang membuat kajian ini perlu dilakukan. Pertama, pendapat-pendapat Nabia Abbott ini diharapkan mampu mengoreksi dan mengkritisi pandangan Ignaz Goldziher tentang beberapa sebab terjadinya gerakan pemalsan hadis dalam skala besar yang membuat Goldziher meragukan autentisitas hadis. Kedua, belum adanya tulisan atau penelitian yang cukup serius tentang padangan-padangan Nabia Abbott mengenai masalah di atas. Ketiga, Nabia Abbott adalah tokoh yang cukup penting dalam kajian hadis di dunia Barat. Bahkan kalau karya-karya diobservasi dengan sungguh-sungguh, akan terlihat bahwa argumen-argumen M.M. Azami, ahli hadis kenamaan pada masa sekarang ini, tentang autentisitas hadis sebenarnya berpijak dan sangat berhutang budi kepada teori-teori Nabia Abbott.




Kehidupan Nabia Abbott dan Karya-karyanya


Sebelum mendiskusikan teori-teori Nabia Abbott tentang pertumbuhan isnâd dan periwayatan hadis secara tertulis, perlu kiranya diungkapkan latar belakang kehidupannya, pendidikannya dan karir akademisnya. Ini penting dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pikirannya.


Di mata teman-teman sejawatnya, Nabia Abbott adalah seorang ilmuwan. Hal ini saja membuatnya sebagai tokoh yang luar biasa. Pada tahun 1933, ia adalah perempuan pertama yang menjadi anggota the Oriental Institute, Universitas Chicago dan pada tahun 1963, ia menjadi Professor Emeritus. Dalam sebuah penghargaan yang diterbitkan di laporan tahunan Institute tersebut pada tahun 1974/5, Dr.Muhsin Mahdi, Professor bahasa Arab dan Ketua Departemen Near Eastern Languanges memberi komentar tentang berbagai diskriminasi yang harus dihadapi oleh Nabia Abbott sebagai seorang wanita profesional di masa pra-kebebasan dan menyebut berbagai keberhasilan utamanya seperti, karya pionirnya tentang kedudukan wanita di Timur Tengah, studi klasiknya tentang munculnya naskah Arab Utara; penyelidikannya yang masif, melelahkan dan pembuka jalan terhadap papyrus Arab yang pada gilirannya telah merevolusi kajian kebudayaan Islam awal.[2]


Pada awalnya, kehidupan Abbott tampaknya merupakan satu gerakan terus menerus. Ia dilahirkan di Mardin, Barat-Daya Turki pada tanggal 31 Januari 1897. Ayahnya adalah seorang pedagang. Ketika ia masih kecil, ia mengembara bersama keluarganya dalam sebuah iring-iringan tertutup dalam sebuah kafilah ke Mosul dan mengarungi sungai Tigris ke Baghdad. Sesudah itu, keluarga tersebut bergerak terus untuk kemudian menetap di Bombay, India. Di India, Abbott mendapatkan sebagian besar pendidikannya, masuk ke sekolah-sekolah berbahasa Inggris. Ketika perang dunia pertama, ia mengambil jenjang B.A. di Lucknow’s Isabella Thorbom College untuk anak-anak perempuan dan lulus pada tahun 1919. Setelah perang usai, ia sempat mengunjungi Irak dalam waktu singkat di mana ia terlibat dalam pendirian program pendidikan perempuan, sebuah permasalahan yang terus menarik baginya di tahun-tahun selanjutnya.[3]


Keluarganya kemudian pindah ke Amerika Serikat, di mana ia mengiringi mereka dan mengambil jenjang masternya di Universitas Boston dan lulus pada tahun 1925. Kemudian, Ia pertama-tama menjadi anggota fakultas dan kemudian menjadi Ketua Departemen Sejarah di Asburry College di Wilmore Kentuky di mana ia tetap bekerja di sana hingga tahun 1933.


Ketika keluarganya pindah ke Chicago pada tahun itu, ia bekerja di bawah Martin Sprengling, Professor bahasa Arab di Oriental Institute dan memulai karirnya di sana dengan mengkaji koleksi Institute tersebut yang berisi dokumen-dokumen Islam awal yang sangat langkah. Untuk melakukan hal ini, ia membenamkan dirinya sendiri dalam sejarah masyarakat Islam awal, yang darinya ia mulai tertarik dengan kedudukan wanita dalam masyarakat Islam.[4]


Sebagai seorang ilmuan, Nabia Abbott meninggalkan beberapa karya yang cukup monumental yang meliputi kajian tentang Quran, hadis, dan juga kajian wanita, di antaranya adalah:


1. The Monasteries of the Fayyum. University Microfilms, 1937.


2. The Kurrah Papyri from Aphrodito in the Oriental Institute. University of Chicago Press, 1938.


3. The Rise of the North Arabic Script and Its Kur`anic Development, with a Full Description of the Kur`an Manuscript in the Oriental Institute. University of Chicago Press, 1939.


4. A`ishah – The Beloved of Mohammed. The University of Chicago Press, 1942.


5. Two Queens of Baghdad. The University of Chicago Press, 1946.


6. “Women and the State in Early Islam”, in Journal of Near Eastern Studies I (1942)


7. “Women”, in Rut Nanda Anshen, ed., Mid-East World Center Yesterday, Today and Tomorrow, Science of Culture Series Vol. 7, New York 1956.


8. Studies in Arabic Literary Papyri, Vol. II Qur`anic Commentary and Tradition. Chicago: The University of Chicago Press, 1967.


9. “Hadith Literature: Collection and Transmission of Hadith,” dalam A.F.L. Beeston and Others (eds.) Arabic Literature to the End of Umayyad Period. Cambridge: Cambridge University Press, 1983.



Pertumbuhan Isnâd Hadis


Nabia Abbott, seorang orientalis terkemuka yang telah melakukan penelitian secara luas dan sungguh-sungguh terhadap kitab hadis dan papyrus Arab, mengamati bahwa pertumbuhan fenomenal kitab hadis itu bukan disebabkan oleh pertumbuhan di dalam matan hadisnya, tetapi oleh pertumbuhan jalur isnâd secara berlipat ganda. Dengan kata-katanya sendiri, Abbott mengatakan demikian,


…the tradition of Muhammad as transmitted by his Companions and their Successors were, as a rule, scrupulously scrutinized at each step of the transmission, and that the so called phenomenal growth of Tradition in the second and the third centuries of Islam was not primarily growth of content, so far as the hadith of Muhammad and the hadith of the Companion are concerned, but represent largely the progressive increase in parallel and multiple chains of transmission.[5]


Sebagai contoh, seorang shahabat meriwayatkan satu hadis kepada dua orang tabiin dan dua orang ini meriwayatkan hadis yang sama kepada dua orang periwayat hadis pada generasi berikutnya. Jika rangkaian periwayatan ini terus berlanjut hingga generasi (thabaqah) keempat dan kedelapan yang mewakili generasi al-Zuhri dan Ibnu Hanbal, maka pada generasi keempat, jumlah isnâd mencapai angka 16 dan pada generasi kedelapan, jumlah itu berlipat ganda hingga 256 jalur. Oleh karena itu, dengan menerapkan deret ukur (geometric progression) secara matematis, Nabia Abbott menyimpulkan,


…Using geometric progression, we find that one to two thousand Companions and senior Successors transmitting two to five traditions each would bring us well within the range of the total number of traditions credited to the exhaustive collections of the third century. Once it is realized that the isnad did, indeed, initiate a chain reaction that resulted in an explosive increase in the number of traditions, the huge numbers that are credited to Ibn Hanbal, Muslim and Bukhari seem so fantastic after all.[6]



Contoh Pertumbuhan Isnâd hadis


Sebelum menerangkan implikasi dari ledakan pertumbuhan isnâd, perlu dijelaskan hal-hal pokok dalam ilmu hadis yang terkait dengan masalah isnâd. Setiap hadis terdiri atas matan (teks) dan isnâd (jalur periwayat). Hadis dinilai atas dasar isnâd dan matannya. Fenomena isnâd adalah unik dan hanya ada dalam Islam. Tujuan isnâd adalah membongkar sumber informasi. Pada tahap akhir, sebuah sumber berita harus mengarah kepada seorang periwayat yang memiliki kontak langsung (liqâ`) kepada autoritas yang lebih tinggi yang darinya, berita itu diperoleh. Dengan kata lain, prinsip penilaian hadis sama dengan apa yang dikenal sebagai hukum kesaksian. Ini adalah prinsip yang sangat dikenal di pengadilan hukum di seluruh dunia untuk mengevaluasi atau menguji silang seseorang yang telah berkata atau melihat atau mendengar sesuatu dari seseorang atau dari manapun dan menguji kembali autentisitas pernyataan orang tersebut. Dalam ilmu hadis, verifikasi ini mengambil bentuk baru. Para periwayat hadis diselidiki secara hati-hati untuk meyakinkan bahwa seseorang yang disebut namanya itu dalam faktanya saling bertemu, bahwa mereka dapat dipercaya untuk mengulang berita itu dengan benar dan bahwa mereka tidak menganut pandangan-pandangan bid’ah. Hal ini pada gilirannya menyebabkan munculnya studi-studi tentang rijâl al-hadîts secara luas dan beberapa kamus biografi periwayat telah dihasilkan untuk memberi informasi dasar tentang guru, murid, hubungan guru-murid, pandangan para ulama tentang reliabilitasnya sebagai seorang periwayat dan tanggal wafatnya.[7]


Hadis nomor 8 dari Naskah Suhayl b. Abû Shâlih


‘Abd al-‘Azîz b. al-Mukhtâr – Suhayl b. Abû Shâlih – bapaknya, Abû Shâlih - Abû Hurayrah meriwayatkan dari Nabi saw. Ia bersabda, Allah ta’ala berfirman, “Setiap perbuatan anak cucu Adam adalah untuknya. Setiap Kebaikan itu akan dibalas sepuluh kali lipat kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu milik-Ku dan Aku (sendiri) akan memberi balasannya. Ia meninggalkan makanan karena Aku, meninggalkan minuman karena Aku, meninggalkan kelezatan karena Aku. Apabila seseorang di antara kamu berpuasa, maka hendaknya ia tidak melakukan hubungan seks dan tidak berkata kotor. Jika ada yang mengejeknya, hendaknya ia berkata, “sesungguhnya aku sedang berpuasa. Bagi orang yang berpuasa itu dua kebahagiaan: kebahagiaan di waktu berbuka dan kebahagiaan di hari ia bertemu Tuhannya. Bau mulutnya lebih wangi di sisi Allah daripada bau minyak wangi.[8]


Matan hadis ini panjang. Beberapa ulama telah meriwayatkan hadis ini sebagian saja. Ibnu Hanbal telah meriwayatkannya dalam kitab Musnad sekurang-kurangnya dua puluh empat kali. Mengkaji isnâdnya secara lengkap dan bentuk-bentuk finalnya sebagaimana dituturkan oleh para ahli hadis seperti Bukhari Muslim, Ibnu Hanbal dan lain-lain, memerlukan ketekunan yang luar biasa. Setelah meneliti periwayat hadis ini sampai kepada generasi ketiga, yang sebagian besarnya adalah orang-orang yang hidup pada separuh pertama abad kedua Hijrah, hadis ini ternyata mengalami perkembangan sebagai berikut:


Abû Hurayrah setidaknya memiliki sebelas murid yang meriwayatkan hadis ini. Ada yang meriwayatkan secara utuh dan ada yang meriwayatkan sebagian saja. Sembilan orang dari Madinah, satu orang dari Bashrah, dan satu orang dari Kufah. Dari sebelas orang ini, hadis tersebut diriwayatkan oleh dua puluh dua orang. Sembilan orang dari Madinah; satu orang dari Mekkah, empat orang dari Kufah, lima orang dari Bashrah, satu orang dari Wasit, satu orang dari Hijaz, satu orang dari Khurasan.[9]


Ciri yang perlu diamati adalah bahwa tidak semua periwayat Madinah atau periwayat Bashrah atau periwayat Kufah adalah murid-murid dari seorang periwayat yang sama. Sembilan orang murid yang berasal dari Madinah itu memperoleh hadis itu dari tujuh orang guru dari Madinah yang berbeda. Tiga orang dari lima orang murid yang berasal dari Bashrah menerima hadis itu dari seorang guru dari Bashrah, seorang dari mereka menerimanya dari seorang guru dari Madinah dan seorang yang lain lagi menerimanya dari seorang guru yang lain yang juga berasal dari Madinah.[10]


Lima orang dari murid-murid Abû Hurayrah memiliki lebih dari seorang murid.


1. Abû Shâlih al-Madanî


Lima orang muridnya meriwayatkan hadis tersebut darinya. Di antara lima orang ini, dua orang berasal dari Madinah, seorang berasal dari Mekkah, dan dua orang lagi berasal dari Kufah.


2. Ibnu al-Musayyab al-Madanî


Empat orang muridnya meriwayatkan hadis tersebut darinya. Di antara mereka, dua orang berasal dari Madinah, seorang berasal dari Kufah, dan seorang lagi berasal dari Bashrah.


3. Al-Makburî


Dua orang muridnya meriwayatkan hadis tersebut darinya. Seorang berasal dari Madinah dan seorang lagi berasal dari Hijaz, tetapi tempat tinggal aslinya tidak diketahui.


4. Muhammad b. Ziyâd al-Madanî


Ia memiliki tiga orang murid, seorang dari Bashrah, seorang dari Wasit, dan seorang lagi dari khurasan.


5. Ibnu Sîrîn al-Bashrî


Ia mempunyai tiga orang murid, semuanya dari Bashrah.[11]


Apabila tersebarnya sanad pada akhir abad ketiga hijrah diteliti, maka jelaslah bahwa tempat tinggal para periwayat itu saling berjauhan. Setidaknya, ada tujuh shahabat lain yang telah meriwayatkan hadis ini dari Nabi saw. Jika para periwayatnya ditambahkan kepada para periwayat hadis ini dari jalur Abu Hurayrah, maka jumlahnya akan bertambah banyak.


Hadis versi Abû Hurayrah ini diriwayatkan oleh Ibnu Hanbal setidaknya dua puluh empat kali. Lebih jauh, hadis tersebut tersimpan dalam berbagai naskah, seperti Naskah Waqî’ dari A’masy (w. 148), Naskah Ibnu Jurayj (w.150), dan Naskah Ibrâhîm b. Thahmân (w. 168), yang merupakan para periwayat hadis tersebut dari murid-murid Abû Hurayrah. Hadis tersebut juga ditemukan dalam sumber-sumber Syi’ah, Zaidiyah, Abadiyah.[12]


Dari diskusi di atas tampak jelas bahwa isnâd atau jalur periwayatan hadis tersebut yang kembali kepada Nabi dan shahabat mengalami ledakan pertumbuhan secara berlipat ganda. Meskipun demikian, matan hadisnya tidak bertambah. Untuk lebih jelasnya, bukti tentang pertumbuhan isnâd - dari Nabi saw. – shahabat – tabiin – tabiit tabiin – hingga berbagai koleksi hadis kanonik - dapat dilihat dalam diagram isnâd hadis no. 8 dari Naskah Suhayl b. Abû Shâlih berikut ini:



http://www.islamic-awareness.org/Hadith/exisnad.jpg


Proses pertumbuhan isnâd seperti tergambar dalam diagram di atas membuktikan bahwa satu matan hadis dapat berkembang menjadi puluhan bahkan ratusan hadis. Yang berkembang di sini bukan matannya, tetapi jumlah jalur isnâdnya. Implikasi yang cukup penting dalam hal ini adalah bahwa pembengkakan hadis dan kitab hadis yang terjadi pada abad II dan III H. bukan akibat dari pemalsuan matan hadis, tetapi akibat dari pertumbuhan jalur isnâd yang berlipat ganda. Tentu saja ini merupakan bantahan terhadap pendapat Goldziher yang mengatakan bahwa hadis banyak dipalsukan dengan bukti pembengkakan matan hadis pada abad II dan III H.



Periwayatan Hadis Secara Tertulis dan Berkesinambungan


Ignaz Goldziher menyatakan bahwa materi-materi hadis yang terdapat dalam koleksi hadis belakangan tidak menjelaskan rujukannya kepada koleksi tertulis yang lebih awal dan menggunakan istilah-istilah dalam isnad yang menunjukkan periwayatan hadis secara lisan dan bukan sumber tertulis (written sources).


Sebagai tanggapan terhadap pandangan Goldziher ini, Nabia Abbott menyatakan bahwa praktek penulisan hadis sudah berlangsung “sejak awal” dan ”berkesinambungan”. Yang dimaksud Nabia dengan kata-kata “sejak awal” adalah bahwa para shahabat nabi sendiri telah menyimpan catatan-catatan hadis, sedangkan kata “berkesinambungan” dimaksudkan bahwa sebagian besar hadis diriwayatkan secara tertulis, selain dengan lisan hingga hadis-hadis itu dihimpun dalam berbagai koleksi kanonik. Periwayatan hadis secara tertulis inilah yang menurutnya dapat dijadikan sebagai jaminan bagi keshahihannya. Sebagaimana yang ia katakan berikut ini,


Collection of Hadith was begun in Muhammad’s life time by members of his family, client, and close Companions. While several of his secretaries recorded his recitation of the Qu`ran, others attended to his state correspondence. His administrators preserved the documents.[13]


Era yang dipilih oleh Nabia Abbott untuk menguji hipotesanya bahwa hadis sudah ditulis sejak masa hidup nabi mengambil empat periode umum. Pertama adalah periode selama kehidupan Muhammad saw. Kedua adalah periode setelah wafatnya Muhammad saw. ketika ada perkembangan dalam jumlah hadis secara luas yang disebarkan oleh para shahabat hingga datangnya periode Umayyah. Periode ketiga adalah era Umayyah ketika peranan kunci Ibnu Syihâb al-Zuhrî (w. 124/742) ditekankan. Pada periode keempat, berbagai koleksi hadis formal atau hadis yang terkodifikasi muncul pada buku-buku kanonik.[14]


Abbott berpendapat bahwa kegiatan tulis menulis bukan tidak umum di kalangan orang-orang Arab dan bahkan di masa pra Islam. Lebih jauh dikatakan laporan-lapran mengenai Nabi Muhammad saw. telah ditulis semenjak masa hidup nabi saw. Kenyataan bahwa tidak ada naskah yang survive dari periode ini disebabkan oleh sikap ‘Umar I, khalifah pertama (w. 23/644). Karena belum dikenalnya Quran oleh masyarakat di berbagai daerah penaklukan di luar Arab, khalifah mengkhawatirkan perkembanagn Islam akan mengalami nasib yang sama seperti dalam agama Yahudi dan khususnya agama Kristen, yakni adalanya teks suci selain Quran yang menandingi, jika tidak mendistorsi atau merubah Quran. Oleh sebab itu, ia menghancurkan naskah-naskah hadis yang ditemukan dan menghukum orang-orang yang memilikinya. Para shahabat lalu menghindari untuk meriwayatkan hadis, baik secara tertulis maupun lisan, karena takut kepada ‘Umar. Hanya sedikit shahabat yang tetap mencatat, menghimpun dan meriwayatkan hadis yang kemudian menjadi dasar bagi koleksi hadis belakangan, seperti ‘Abd Allah b. ‘Amr b. ‘Ash (w.65/684) Abû Hurayrah (56/678), Ibnu ‘Abbâs (w. 67-8/686-8), dan Anas b. Mâlik (w. 94/712).


Dengan wafatnya ‘Umar dan penyebaran Mushhaf ‘Utsmânî, kekhawatiran tersebut menjadi hilang. Hadis kemudian mengalami perkembangan yang sangat berarti pada separo kedua abad pertama. Para shahabat yang dulunya berpihak kepada ‘Umar dan enggan meriwayatkan hadis mulai mencatat dan memelihara “pengetahuan mereka”. Selanjutnya, hadis diajarkan di berbagai pusat Islam, terutama di Madinah dan Mekkah, tidak hanya oleh para ahli hukum dan para hakim, tetapi juga oleh para guru, pengkhotbah dan tukang cerita (qushshâsh/ story tellers).[15]


Bukti bahwa hadis sudah ditulis sejak awal Islam adalah adanya laporan-laporan tentang tulisan para shahabat dan tulisan yang berasal dari mereka, tulisan para tabiin abad pertama dan tulisan yang berasal dari mereka, tulisan para tabiin muda dan tulisan yang berasal dari mereka, tulisan sejumlah tabiin muda dan para pengikut tabiin dan tulisan yang berasal dari mereka. Tentang hal ini, M.M. Azami menyebutkan paling tidak 52 shahabat, 52 tabiin abad pertama, 99 tabiin muda, 247 tabiin muda dan para pengikut tabiin yang telah menulis hadis.[16]


Salah satu bukti dari sekian banyak naskah hadis yang ditulis oleh para shahabat dan tabiin adalah naskah Hammâm b. Munabbih (40-131/132 H), seorang tabiin Yaman yang menerima hadis dari gurunya, Abû Hurayrah dari Muhammad Rasulullah saw. Naskah Hammâm ini kemudian dikenal sebagai ShahÎfah Hammâm bin Munabbih yang ditemukan oleh Muhammad HamÎdullah di Damaskus, Syria dan di Berlin, Jerman. ShahÎfah Hammâm ini berisi 138 hadis tanpa disertai daftar isi dan diyakini telah ditulis sekitar pertengahan abad pertama hijrah.[17]


Selain naskah Hammam, ada beberapa naskah yang sudah ditemukan yang dapat digunakan untuk mendukung pendapat Nabia Abbott tersebut. Naskah-naskah itu adalah:


1. Naskah hadis-hadis al-A’masy (w. 148 H) yang diriwayatkan oleh Wâqi’.


2. Kitab al-Manâsik karya Ibnu Abi ‘Arûbah (w. 157 H).


3. Sebagian dari kitab Sîrah Ibnu Ishâq (w. 151).


4. Sebagian Naskah hadis-hadis Ibnu Jurayj (w. 150 H).


5. Naskah Ibnu Thahmân (w. 168 H), juz pertama saja.


6. Naskah Juwairiyyah yang berisi hadis Nâfi’ mawla Ibnu ‘Umar (w. 117 H).


7. Naskah ‘Ubaidillâh bin ‘Umar yang berisi hadis dari Nâfi’ mawla Ibnu ‘Umar (w. 117 H).


8. Naskah Suhail bin Abû Shâlih (w. 138 H) yang berisi hadis dari ayahnya.


9. Juz awal dari Naskah hadis-hadis Sufyân al-Tsawrî (w. 161 H).


10. Naskah al-Layts bin Sa’ad yang berisi hadis dari Yahid bin Abû Habîb (w. 128 H).


11. Naskah Syu’aib bin Abû Hamzah yang berisi hadis dari al-Zuhri (w. 124 H).[18]


Implikasi dari ditemukannya Naskah Hammâm bin Munabbih dan beberapa naskah yang lain adalah bahwa hadis sudah ditulis sejak sangat awal oleh para shabat dan tabiin. Tentu saja ini merupakan bantahan terhadap pendapat Ignaz Goldziher yang menyatakan bahwa sebagian besar hadis diriwayatkan hanya melalui lisan dan tidak melibatkan dokumen tertulis.


Kesimpulan


Berbagai bukti yang dikemukakan oleh Nabia Abbott dari kajian tentang papyrus berbahasa Arab cukup meyakinkan kepada setiap pengkaji hadis bahwa pertumbuhan jalur isnâd secara berlipat ganda membuat jumlah hadis membengkak menjadi sangat banyak pada abad ketiga hijrah. Oleh karena itu, perlu dibedakan antara pertumbuhan isnâd hadis dan pertumbuhan matan hadis. Selain itu, berbagai naskah awal yang ditemukan oleh Nabia Abbott, Muhammad Hamidullah, dan M.M Azami juga menjadi bukti bahwa praktek penulisan hadis sudah berlangsung sejak masa awal Islam yang dilakukan oleh para anggota keluarga nabi, para shahabat dan budak-budaknya dan terus berlanjut hingga hadis-hadis itu dihimpun dalam berbagai koleksi kanonik. Temuan-temuan Nabia Abbott ini paling tidak dapat mengoreksi kesalahpahaman Ignaz Goldziher di dalam memahami sejarah pertumbuhan dan penulisan hadis.


Wa Allahu A’lam bi al-Shawab









Daftar Pustaka



Abbott, Nabia. Aishah – The Beloved of Mohammed. Chicago: The University of Chicago Press, 1942.


_______. Studies in Arabic Literary Papyri, Vol. II (Qur`anic Commentary and Tradition). Chicago: The University of Chicago Press, 1967.



_______. “Hadith Literature: Collection and Transmission of Hadith,” dalam A.F.L. Beeston and Others (eds.) Arabic Literature to the End of Umayyad Period. Cambridge: Cambridge University Press, 1983.



Akh Minhaji. Kontroversi Pembentukan Hukum Islam: Kontribusi Joseph Schacht, terj. Ali Masrur. Yogyakarta: UII Press, 2001.


Ali Masrur. “Perkembangan Literatur Hadis”, dalam Khazanah, Jurnal Pascasarjana UIN Bandung, Vol. 3, No. 9 (2006).


_______. Teori Common Link G.H.A. Juynboll: Melacak Akar Kesejarahan Hadis Nabi saw. Yogyakarta: LKiS, 2007.


Azami, M.M. Studies in Early Hadith Literature with a Critical Edition of Some Early Texts. Beirut: al-Maktab al-Islami, 1968.

_______. Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994.


_______. Studies in Hadith Methodology and Literature. Indianapolis: Islamic teaching center, 1977.

Berg, Herbert. The Development of Exegesis in Early Islam: The Authenticity of Muslim Literature from the Formative Period. Surrey: Curzon Press, 2000.Http://www.islamic-awareness.org/Hadith/exisnad.html

Muhammad Hamidullah. “Aqdam Ta`lîf fî al-Hadîts al-Nabawî: Shahîfah Hammâm b. Munabbih wa Makânatuhâ fî Târîkh ‘Ilm al-Hadîts”, dalam Majallah al-Majma’ al-‘Ilmî al-‘Arabî 1953, 28, vol. 1 (1953).


[1]Herbert Berg, The Development of Exegesis in Early Islam: The Authenticity of Muslim Literature from the Formative Period (Surrey: Curzon Press, 2000), p. 9.

[2]Nabia Abbott, Aishah – The Beloved of Mohammed (Chicago: The University of Chicago Press, 1942), p. vi.


[3]Ibid., vii.
4]Ibid.

[5]Nabia Abbott, Studies in Arabic Literary Papyri, Vol. II. (Qur`anic Commentary and Tradition), (Chicago: The University of Chicago Press , 1967, p. 2.
[6]Ibid., 72.

[7] Http://www.islamic-awareness.org/Hadith/exisnad.html


[8]M.M. Azami, Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), p. 669.
[9]Ibid., p. 550-551.

[10]Ibid., p. 551.


[11]Ibid., p. 551-552; tentang contoh perkembangan isnad hadis kepada para periwayat belakangan, dapat dilihat juga M.M. Azami, Studies in Hadith Methodology and Literature (Indianapolis: Islamic teaching center, 1977).

12]Ibid.


[13]Nabia Abbott, “Hadith Literature: Collection and Transmission of Hadith,” dalam A.F.L. Beeston and Others (eds.) Arabic Literature to the End of Umayyad Period, (Cambridge: Cambridge University Press, 1983), p. 289.



14]Ibid., p. 289-298. Lihat Juga, Akh Minhaji. Kontroversi Pembentukan Hukum Islam: Kontribusi Joseph Schacht, terj. Ali Masrur (Yogyakarta: UII Press, 2001), p. 34.


[15]Herbert Berg. The Development of Exegesis in Early Islam, p. 18-19; Ide-ide Nabia Abbott tentang pertumbuhan isnâd dan periwayatan hadis secara tertulis dapat dilihat juga dalam Ali Masrur, Teori Common Link G.H.A. Juynboll: Melacak Akar Kesejarahan Hadis Nabi saw. (Yogyakarta: LKiS, 2007), p. 42-45.


[16]M.M. Azami, Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya, p. 132-440.


17]Muhammad Hamidullah. “Aqdam Ta`lîf fî al-Hadîts al-Nabawî: Shahîfah Hammâm b. Munabbih wa Makânatuhâ fî Târîkh ‘Ilm al-Hadîts”, dalam Majallah al-Majma’ al-‘Ilmî al-‘Arabî 1953, 28, vol. 1 (1953), p. 96-451; Lihat pula Ali Masrur, Perkembangan Literatur Hadis”, dalam Khazanah, Jurnal Pascasarjana UIN Bandung, Vol. 3, No. 9 (2006); p. 21-22.

[18]M.M. Azami, Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya, p. 658-659.


ALI Masrur

Hasil Riset "Partikel Tuhan" Bocor


Boston.com
Ilustrasi tumbukan di Large Hadron Collider.
Video dari Organisasi Eropa untuk Penelitian Nuklir (CERN) beredar di internet. Video itu diduga bocoran hasil riset tentang "Partikel Tuhan" yang akan diumumkan pada Rabu (4/7/2012) ini pukul 14.00 WIB.

"Kami telah mengobservasi adanya partikel baru," kata juru bicara CERN, Joe Incandela, dalam video yang pertama kali beredar di situs Science News itu. "Kami memiliki bukti cukup kuat bahwa memang ada sesuatu di sana. Untuk memastikan karakteristiknya, kami masih membutuhkan waktu," lanjut Incandela.

Incandela tampak begitu yakin dalam video tersebut. Ia mengungkapkan bahwa apa yang diungkapkannya adalah sesuatu yang penting dan signifikan dalam sains, terutama terkait soal pencarian partikel Tuhan.

"Di sisi lain kami menemukan peluruhan dua foton, misalnya, yang menunjukkan pada kita bahwa itu adalah boson, partikel dengan putaran integer," ungkap Incandela. "Dan kami tahu bahwa massanya sekitar 100 kali proton. Ini adalah partikel paling masif yang eksis," tambahnya.

Dalam video tersebut, Incandela sempat mengucapkan kata "salah satu temuan terbesar" sebelum mengoreksinya menjadi "atau observasi tentang fenomena dalam bidang kami selama 30 hingga 40 tahun terakhir."

Peter Woit, pengajar Matematika di Columbia University di New York, mengungkapkan bahwa ada beberapa kata yang membuat video itu terlihat sangat terkait dengan temuan baru.

"Cermati bahwa kata yang digunakan di situ adalah 'observasi' dan bukan 'penemuan'," kata Woit seperti dikutip AFP, Rabu ini.

Observasi berarti bukti dengan standar lemah. CERN diduga sengaja menggunakan kata ini dalam video, atau memang akan menggunakan kata tersebut dalam penemuan.

Seperti diberitakan sebelumnya, lab lain yang juga meneliti tentang Partikel Tuhan, Fermilab di Illinois, mengungkapkan bahwa hasil temuannya belum cukup dikatakan sebagai "discovery", baru bisa dikatakan "bukti". CERN mungkin mendapatkan hasil serupa.

Partikel Tuhan sejatinya adalah Higgs Boson, partikel yang dibutuhkan untuk melengkapi model standar fisika.

Teori tentang Higgs Boson diajukan pada tahun 1960 oleh Peter Higgs untuk menerangkan mengapa partikel tertentu memiliki massa, sementara yang lain, seperti cahaya, tidak.

Menurut Higgs, semesta memiliki medan yang disebut Medan Higgs, serupa medan magnet. Setiap partikel "merasakan" medan ini, tetapi dengan derajat yang berbeda satu sama lain.

Jika partikel bisa melewati medan tanpa interaksi, maka partikel itu memiliki massa rendah atau hampir nol. Sebaliknya, jika berinteraksi, maka akan punya massa lebih tinggi.

Ide Higgs membutuhkan eksistensi dari partikel Higgs Boson. Karenanya, pencarian terus dilakukan.

Jika medan Higgs tidak ada, berdasarkan teori, semesta akan menjadi tempat yang sangat berbeda. Atom sulit terbentuk. Ikatan kimia juga akhirnya tak dapat terbentuk. Akhirnya mungkin takkan ada planet, galaksi, dan bintang.

Tentang video yang beredar, pihak CERN menanggapi bahwa video tersebut hanya sebagian dari apa yang akan diungkapkan dalam pertemuan hari ini. Apa bagian lainnya? Masih harus ditunggu.

Jika pertemuan hari ini mengonfirmasi keberadaan Higgs boson, maka penemuannya akan menjadi salah satu yang terbesar dalam abad ini.






AFP/KCM

Editor :
Tri Wahono

Arkeolog Telusuri Kuburan Massal dari Zaman Besi

Headline
ist


Para arkeolog asal Denmark mengatakan bahwa mereka membuka kembali kuburan massal dari Zaman Besi. Untuk apa?

Seperti dikutip dari DailyStar, dibukanya makam itu oleh para ilmuwan karena mereka ingin mencari petunjuk mengenai sejarah suku-suku di wilayah Jerman saat itu, pada saat akhir kekaisaran Romawi.

Tulang belulang dari sekira 200 tentara diangkat di Desa Alken, semenanjung Jutland di Denmark.

Para ahli berharap kalau mereka bisa menemukan lebih banyak tulang-belulang yang usianya sekira dua ribu tahun lalu.

"Kami akan mendapatkan hasil yang lebih dari diharapkan," ujar arkeolog dari Aarhus University, Mads Kahler.

[ikh]TI

Partikel "Mirip" Partikel Tuhan Ditemukan


CERN
Ilustrasi tumbukan atom dalam eksperimen CERN.

Pencarian Partikel Tuhan atau Higgs Boson sampai pada salah satu titik yang membahagiakan. Hari ini, ilmuwan Organisasi Eropa untuk Riset Nuklir (CERN) mengumumkan keberhasilannya menemukan partikel baru yang konsisten dengan Higgs boson.

"Penemuan baru kami konsiten dengan Higgs boson yang telah lama dicari. Kita telah membuat lompatan besar dalam pemahaman kita tentang semesta," ungkap Direktur CERN, Rolf Heuer, seperti dikutiop kantor berita AFP, Rabu (4/7/2012).

"Penemuan partikel ini akan membuka jalan untuk penelitian lebih detail, yang memerlukan data statistik lebih besar, yang akan mengurai karakteristik partikel yang ditemukan dan menguak misteri lain tentang alam semesta," kata Peter Higgs, ilmuwan Inggris yang mencetuskan landasan konseptual tentang Higgs boson.

Higgs boson adalah partikel misterius yang selama ini hanya eksis dalam teori. Pencarian Higgs boson berguna untuk mensahihkan Standar Model Fisika Partikel, terutama menerangkan mengapa suatu partikel memiliki massa dan yang lain tidak.

Diketahui, pada masa awal semesta, tepatnya setelah Big Bang, semua partikel tidak memiliki massa. lalu pada saat semesta mendingin, gaya yang disebut medan Higgs terbentuk bersama Higgs boson. Interaksi dengan Higgs boson menentukan apakah partikel akan memiliki massa.

Jika interaksi dengan Higgs boson semakin kuat, maka partikel tersebut akan memiliki massa yang semakin besar. Sebaliknya, jika berhasil lolos dari pengaruh Higgs boson, maka partikel takkan memiliki massa. Contoh yang tidak memiliki massa adalah foton cahaya.

Medan Higgs dan Higgs boson begitu penting. Tanpa adanya medan Higgs, semesta akan menjadi tempat yang sangat berbeda. Atom sulit terbetuk dan ikatan kimiat pun demikian. Tanpanya, planet, galaksi dan tentunya makhluk hidup takkan mungkin tercipta.

Perburuan Higgs boson di CERN dilakukan oleh dua eksperimen, Compact Muon Solenoid (CMS) dan A Toroidal LHC Apparatus (ATLAS). Perburuan dilakukan dengan menumbukkan partikel dan mengobservasi adanya Higgs boson. Higgs boson sendiri tak diamati secara langsung sebab umurnya pendek. yang diobservasi ialah jejaknya.

Hasil eksperimen CMS yang diumumkan hari ini menyatakan bahwa mereka telah menemukan partikel dengan massa 125,3 gigaelectrovolt (GeV), sekitar 133 kali lebih lebih besar dibandingkan massa proton yang tersimpan dalam setiap atom. Sementara hasil eksperimen ATLAS menunjukkan massa 126 GeV.

Kesahihan hasil analisis dinyatakan dalam signifikansi statistik. Untuk CMS, signifikansinya adalah 4,9 sigma, berarti peluang hasil salah adalah 1 dibanding 2 juta. Sementara, signifikansi ATLAS adalah 5 sigma, berarti kemungkinan hasil salah adalah 1 dibanding 3,5 juta. Hasil ini cukup meyakinkan ilmuwan bahwa mereka menemukan boson.

Dalam pengumuman hasil riset kali ini, ilmuwan menyatakan bahwa mereka menemukan partikel yang konsisten dengan Higgs boson. Hal ini berarti bahwa para ilmuwan belum yakin bahwa boson yang ditemukan adalah Higgs boson atau Partikel Tuhan.

"Ini mungkin Higgs boson, tetapi mungkin juga sesuatu yang lebih besar, yang akan membuak pintu menuju teori baru yang melampaui Standar Model," ungkap Anthony Thomas dari University of Adelaide yang diamini oleh fisikawan CERN, Yves Sirois.

Langkah ke depan, baik CMS maupun ATLAS masih akan terus bekerja untuk mengurai karakteristik partikel yang baru saja ditemukan. Hanya dengan mengetahui ciri-ciri partikel tersebut, konfirmasi bahwa partikel baru merupakan Partikel Tuhan bisa dinyatakan. Pencarian Higgs boson masih akan terus berlanjut.






AFP, CERN / KCM
Editor :
Benny N Joewono

Ini Kata NOAA Soal Misteri Segitiga Bermuda

Ilustrasi Segitiga Bermuda

Ilustrasi Segitiga Bermuda
(soumyabrata.com)
Wilayah ini jadi salah satu lokasi paling misterius, horor.

Lembaga pemerintah Amerika Serikat, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) yang mengurus persoalan lingkungan, di antaranya badai dan tsunami, mengeluarkan pernyataan tak biasa: membantah eksistensi putri duyung.

Sebelumnya, NOAA dalam situsnya juga menanggapi soal segitiga Bermuda, wilayah laut dalam garis imajiner yang menghubungkan tiga wilayah: Bermuda, Puerto Riko, dan Miami. Wilayah ini jadi salah satu lokasi paling misterius, horor, dan menakutkan di muka Bumi.

"Selama beberapa dekade, dongeng tentang Segitiga Bermuda di Lautan Atlantik telah memukau imajinasi, tentang misteri hilangnya sejumlah kapal, pesawat, juga manusia," demikian ditulis dalam situs NOAA.

Sejumlah spekulasi berseliweran, tentang kekuatan yang tak diketahui dan misterius yang dianggap punya andil terhadap kehilangan itu. "Seperti mahluk ekstraterresterial yang menculik manusia untuk dijadikan kelinci percobaan, pengaruh Atlantis Yang Hilang, pusaran yang menyedot benda ke dimensi lain, dan ide-ide lain yang tak kalah anehnya." Termasuk, soal rumah iblis atau keberadaan piramida di sana.

Beberapa dugaan didasarkan pada sains, meski tanpa didasari bukti. "Di antaranya, gas metana yang meletus di sedimen laut, dan gangguan di jalur geomagnetik yang terjadi terus-menerus."

Sementara, pertimbangan soal lingkungan juga dapat dipakai untuk menjelaskannya. Yakni, bahwa sebagian badai tropis Atlantik dan topan mayoritas melewati Segitiga Bermuda. "Badai berbahaya ini bisa membuat kapal jadi korban."

Juga arus teluk (gulf stream) yang bisa membuat perubahan cuaca secara cepat dan kadang ekstrem. "Ditambah lagi, banyaknya pulau-pulau besar di Laut karibia menciptakan banyak perairan dangkal yang berbahaya bagi pelayaran," ungkap NOAA. Ada lagi sejumlah bukti yang menunjukkan Segitiga Bermuda adalah lokasi di mana magnet kompas bekerja kacau.

Namun yang jelas, "Angkatan Laut AS (US Navy) dan penjaga pantai (US Coast Guard) berpendapat bahwa tidak ada penjelasan supernatural untuk berbagai bencana di laut. Pengalaman mereka menunjukkan, kombinasi dari alam dan kesalahan manusia, mengalahkan penjelasan fiksi ilmiah paling terpercaya sekali pun."

Dua lembaga AS penguasa laut juga menambahkan, tak ada peta resmi yang menyebut sebuah lokasi bernama Segitiga Bermuda. Badan Geografi AS (US Board of Geographic) juga tidak mengakui Segitiga Bermuda sebagai nama resmi.

"Laut selalu menjadi tempat misterius untuk manusia, saat cuaca buruk terjadi dan adanya kesalahan manusia, ia bisa menjadi tempat yang sangat mematikan. Ini adalah kenyataan yang terjadi di seluruh dunia. Tak ada bukti bahwa kehilangan misterius terjadi dengan frekuensi lebih besar di Segitiga Bermuda dibanding lokasi lain di lautan dunia," NOAA menyimpulkan.

Pertanyaan yang sama juga pernah ditujukan ke Badan Survei Geologi AS (USGS). Soal Segitiga Bermuda.

Meski mengakui keberadaan gas hidrat di sedimen dalam laut di tenggara AS atau wilayah barat Segitiga Bermuda, dan bahwa gas bisa berkaitan dengan fenomena tenggelamnya kapal, geolog USGS, Bill Dillon membantah hipotesa itu sebagai penyebab tenggelamnya kapal di Segitiga Bermuda.

Sebab, pelepasan gas hidrat hanya terjadi di akhir zaman es, sekitar 15.000 tahun lalu atau lebih. Di mana saat itu kapal yang paling maju yang mungkin bisa dibuat manusia saat itu, tak lebih dari kayu berongga.

Apalagi, terbukti lebih banyak kapal yang tenggelam di lokasi lain. "Misteri Segitiga Bermuda tak lebih dari dongeng. Maaf," kata Dillon, di laman USGS.

(umi)VN

Ahli Ungkap Doggerland, 'Atlantis' Inggris

Doggerland, daratan yang hilang di Inggris

Doggerland, daratan yang hilang di Inggris
(Daily Mail)
Dihuni puluhan ribu manusia purba. Diduga sebagai 'jantung' Eropa.

Selama ribuan tahun manusia berusaha menelusuri keberadaan Atlantis atau Atlas, kota berperadaban maju yang diungkap Plato dalam bukunya, "Timaeus" dan "Critias", yang tenggelam hanya dalam waktu sehari semalam. Namun hingga saat ini belum ada titik terang.

Meski tak berkaitan langsung dengan Atlantis yang melegenda, baru-baru ini, tim penyelam dan ilmuwan dari Univesity of St Andreews, Inggris mengungkap temuan tentang dunia bawah air yang tenggelam di Laut Utara sekitar 6.500 Sebelum Masehi, atau lebih dari 8.500 tahun lalu. Dijuluki "Atlantis" Inggris.

Disebut Doggerland, ia adalah daratan yang luas dan kering yang terbentang dari Skotlandia hingga Denmark, yang tenggelam di bawah air.

Tim yang terdiri dari ahli iklim, arkeolog, dan geofisikawan saat ini sedang memetakan area bawah laut itu, berdasarkan data yang didapatkan oleh perusahaan minyak yang mengeksplorasi kawasan tersebut. Para ilmuwan juga menemukan, di masa lalu daratan tersebut juga menjadi tempat hidup mammoth -- gajah purba berukuran raksasa. Juga rusa.

Bagaimana dengan manusia yang ada di sana? Para peneliti memperoleh gambaran, daratan yang tenggelam ini sebelumnya memiliki populasi hingga puluhan ribu orang. Mereka hidup di area yang membentang dari selatan Skotlandia, melewati Denmark, dan bawah Selat Inggris, hingga Channel Island.

Dengan populasi sedemikian banyak, area tersebut di masa lalu diduga sebagai 'jantung' Eropa, yang lenyap diduga karena terjangan tsunami dahysat. "Kami bisa memahami orang-orang yang hidup saat itu," kata Richard Bates, ilmuwan dari University of St Andrews, seperti dimuat Daily Mail, 3 Juli 2012.

Fakta dan data soal kota yang tenggelam itu sekaligus menjadi bukti, bahwa kenaikan level air laut telah terjadi sejak lama. "Orang-orang kelihatannya berpikir kenaikan level air laut adalah hal yang baru-- tapi itu adalah bagian dari siklus sejarah Bumi yang terjadi beberapa kali," kata Bates.

Bates menambahkan, penelitian juga menguak misteri Laut Utara yang telah lama menjadi pertanyaan para ilmuwan. "Selama bertahun-tahun kami telah berspekulasi tentang eksistensi daratan yang hilang, berdasarkan tulang yang terjaring para nelayan di Laut Utara. Namun baru ketika kerjasama dilakukan dengan perusahaan minyak, kami mendapat gambaran seperti apa bentuknya."

Saat ini para ilmuwan telah berhasil membuat model flora dan manusia di masa itu, juga membuat gambaran manusia purba yang tinggal di sana dan memahami peristiwa dramatis yang mengubah daratan tersebut untuk selamanya, termasuk, kenaikan level air laut dan tsunami dahsyat.

Sebuah pameran juga digelar, untuk menampilkan cara hidup penduduk Mesolitikum dari Doggerland, melalui artefak yang ditemukan jauh di dasar laut. Termasuk, potongan batu api digunakan oleh manusia kala itu.

Sementara, rekonstruksi menunjukkan gambaran tentang daratan yang berbentuk bukit dan lembah, rawa dan danau luas, dan sungai-sungai besar membentuk garis pantai yang kompleks.

Saat permukaan laut naik, bukit-bukit itu menjadi pulau terisolasi. Dengan meneliti data fosil, seperti serbuk sari, mikrofauna dan makrofauna - para peneliti dapat mengetahui apa jenis vegetasi tumbuh di Doggerland dan apa saja hewan yang berkeliaran di sana.

Tim peneliti saat ini sedang menyelidiki lebih banyak tentang perilaku manusia Doggerland, termasuk misteri batu tegak yang diduga sebagai kuburan raksasa.

"Kami belum menemukan 'lokasi x' yang bisa dijadikan penanda atau landmark. Namun, kami telah menemukan banyak artefak dan fitur-fitur terendam yang sulit dijelaskan itu terbentuk secara alami, seperti gundukan yang dikelilingi parit dan fosil tunggul pohon di dasar laut," kata Bates.

Dia mengakui, hanya sedikit bukti yang masih tersisa, lebih banyak yang terkikis di bawah laut.

Menarik perhatian sejak 1931

Potensi keberadaan peninggalan arkeologi di wilayah Doggerland sejatinya telah menjadi bahan perbincangan di awal abad ke-20. Saat itu palaeobiolog, Clement Reid pada tahun 1913 telah mempelajari fosil tumbuhan purba yang terangkat dari lokasi itu.

Namun, ia baru menarik perhatian publik secara luas pada 1931, saat kapal trol komersial tak sengaja menjaring tengkorak tanduk berduri.
Kapal lain mengangkat sisa-sisa mammoth dan singa. Juga alat prasejarah dan senjata yang digunakan oleh penduduk di kawasan itu.

Pada tahun 1990-an, Profesor Bryony Coles menamakan area itu, "Doggerland".
VN

Penemuan "Partikel Tuhan" Makin Dekat

Simulasi partikel Higgs boson

Simulasi partikel Higgs boson
(livescience.com)


Para ilmuwan menemukan partikel baru yang menjadi tirai Higgs boson.

Setelah melakukan penelitian selama bertahun-tahun, ilmuwan semakin dekat untuk bisa membuktikan partikel Higgs boson atau yang lebih dikenal dengan sebutan "partikel Tuhan". Para peneliti menemukan sebuah partikel baru yang dianggap menjadi tirai penemuan "partikel Tuhan".

Hasil penelitian ini diungkap para peneliti dalam seminar yang diadakan institusi ilmiah CERN di Melbourne, hari ini, Rabu 4 Juli 2012. Hasil eksperimen yang dilakukan LHC dan ATLAS menemukan partikel baru di kawasan massa (mass region) sekitar 125-126 GeV (Gigaelectronic Volts, atau satuan energi setara miliaran electron volts).

"Kami melakukan observasi dalam data kami yang secara jelas menandakan partikel baru di level 5 sigma, di mass region sekitar 126 GeV. Kinerja luar biasa dari LHC dan ATLAS serta upaya keras sejumlah orang telah membawa kami ke tahap yang menarik ini," kata juru bicara ATLAS, Fabiola Gianotti, dalam keterangan pers di situs CERN.

Meski mengakui bahwa hasil ini masih bersifat temuan awal, temuan adanya tanda di 5 sigma di sekitar 125-126 GeV dianggap temuan dramatis. Juru bicara CMS, Joe Incandela, mengatakan penelitian kali ini memiliki hasil yang signifikan.

"Ini jelas sebuah partikel baru. Kami tahu ini kemungkinan adalah boson, dan ini merupakan boson terberat yang pernah ditemui," ucap Incandela.

Direktur Riset CERN, Sergio Bertolucci, juga antusias menyambut hasil penelitian ini. "Kami telah menyatakan tahun lalu, bahwa 2012 akan menemukan partikel seperti Higgs atau selain eksistensi sesuai standar model Higgs," ujar Bertolucci.

Bertolucci lalu menyebut observasi partikel baru ini akan menjadi indikasi jejak dalam memahami partikel Tuhan, berdasarkan data yang bisa diperlihatkannya.

"Partikel Tuhan" merupakan partikel hipotesis yang mengisi massa menjadi materi. Partikel itu dianggap sangat penting, sebab dianggap bisa melengkapi bahkan menyempurnakan teori alam semesta yang diperkenalkan Albert Einstein.

Berdasarkan teori tersebut, Higgs boson merupakan perantara yang kemungkinan membuat bintang, planet, dan kehidupan menjadi mungkin, dengan memberi massa untuk sejumlah partikel dasar. Ini juga dasar yang menyebut Higgs boson disebut "Partikel Tuhan".

(art)VN

Ilmuwan Temukan Bukti Legenda Pemburu Kepala

Kepala ciut yang dipamerkan di museum Israel

Kepala ciut yang dipamerkan di museum Israel
(news.discovery.com)

Analisis DNA mengungkap kepala ini sebagai bukti otentik.

Sampel kepala ciut yang diawetkan dengan baik kini menjadi bukti otentik dengan analisis DNA. Temuan ini mengungkap kisah legenda suku pemburu kepala di Amerika Selatan itu nyata.

Studi ini dipublikasikan dalam edisi terbaru jurnal Archaeological and Anthropological Sciences. Penelitian ini sanggup mengungkap analisis genetik terhadap kepala manusia yang diciutkan ini.

"Kapala ciut ini dibuat dari kepala musuh yang dipenggal di medan perang," ujar penulis penelitian, Gila Kahila Bar-Gal kepada Discovery News.

"Setelah dipenggal, kepala musuh dengan teliti diciutkan melalui proses perebusan dan pemanasan dalam perayaan spiritual. Ini bertujuan agar roh jahat musuh terkunci. Proses ini juga untuk melindungi pembunuhnya dari balas dendam roh musuh," imbuhnya.

Peneliti Kahila Bar-Gal merupakan dosen senior pada Universitas Yahudi, Sekolah Kedokteran Hewan Koret, Yerusalem. Dia juga anggota Fakultas Pertanian, Pangan, dan Lingkungan.

Untuk penelitian ini, dia dan koleganya menguji DNA dengan berbagai teknik untuk memeriksa keasliannya. Dia ingin mengetahui asal kebudayaan yang mungkin melakukan penyusutan ini. Kepala ini dipamerkan di Museum Eretz Israel di Tel Aviv.

Kepala ini diawetkan dengan baik. Rambut, bentuk wajah, dan karakteristik fisik mayat itu tetap terjaga dengan baik.

Bar-Gal perlu menguji keaslian kepala ini karena sekitar 80 persen kepala ciut ini palsu. Pada akhir abad 19 hingga awal abad 20 terjadi peningkatan pembuatan kepala ciut palsu untuk mengeruk keuntungan.

Kepala ciut di museum Israel ini terbukti asli.

"Kepala ciut yang kami pelajari benar-benar dibuat dari kulit manusia," ujar Bar-Gal.

"Orang yang membuatnya tahu pasti cara mengulitinya dari tengkorak, termasuk juga rambutnya," imbuhnya.

Bar-Gal menyatakan kepala ini telah direbus dan diberi garam.

Peneliti memprediksi kulit itu milik orang yang hidup dan mati di Amerika Selatan. Orang itu diduga bagian dari populasi Afrika-Ekuador. Gen menunjukkan leluhur korban berasal dari Afrika Barat. Tapi, profil DNA korban cocok dengan populasi keturunan percampuran orang Ekuador dengan Afrika.

Menurut ilmuwan, korban diduga anggota kelompok yang berperang dengan suku Jivaro-Shuar dari Ekuador. Suku ini juga tinggal di Peru selama periode selepas kekuasaan Kolumbia. Mereka diyakini memiliki ritual menyusutkan kepala musuhnya.

VN

Selasa, 03 Juli 2012

Inilah 6 Keistimewaan Kota Madinah

Inilah 6 Keistimewaan Kota Madinah

Pemakaman di dekat Masjid Nabawi, Madinah

Madinah adalah kota suci kedua bagi umat Islam. Madinah Al Munawwarah memiliki sejumlah keistimewaan. Berikut hadis yang menjelaskan keutamaan Kota Madinah.
  • “Sesungguhnya Ibrahim telah menyucikan Makkah dan mendoa­kan kebaikan bagi penduduknya, dan aku menyucikan Madinah sebagaimana Ibrahim menyucikan Makkah. Aku juga mendoakan keberkahan untuk takaran dan mud di Madinah sebagaimana Ibrahim mendoakan kebaikan untuk penduduk Mekah.” (HR. Muslim).

  • “Sesungguhnya Ibrahim telah menyucikan Makkah dan aku menyucikan Madinah diantara dua gunungnya tidak boleh ditebang tanamannya dan diburu hewannya.” (HR. Muslim).

  • “Keimanan akan selalu mengelilingi Madinah sebagamana ular mengelilingi liang rumahnya,” (HR. Bukhari).

  • “Madinah adalah tanah haram antara gunung Air dan Tsawr. Siapa yang berbuat jahat di dalamnya atau melindungi orang jahat maka dia akan mendapat laknat dari Allah, malaikat, seluruh manusia, dan Allah tidak akan menerima secuil pun kebaikannya. Haram memotong tanamannya, memburu hewannya, dan mengambil barang yang terlantar kecuali untuk menyelamatkannya. Siapa pun tidak diperkenankan mengangkat pedang dan berperang di dalam­nya atau memotong rerumputan kecuali untuk memberi makan unta,” (HR. Bukhari).

  • “Akan datang satu masa ketika seseorang akan mengajak sepupu dan kerabatnya mencari kesejahteraan. Seandainya mereka menge­tahui, Madinahlah tempat yang paling cocok untuk tujuan mereka. Demi Allah yang menggenggam jiwa ragaku, tidak ada seorang pun yang keluar dari Madinah sambil membawa kedengkian ke­cuali Allah akan menggantinya dengan orang lain yang lebih baik. Ingatlah! Madinah tak ubahnya seperti ubupan api tukang besi yang menyingkirkan hal hal buruk. Kiamat takkan terjadi sampai Madinah menyingkirkan orang-orang jahat di dalamnya sebagaima­na ubukan api menyingkirkan kotoran besi,” (HR Muslim).

  • “Siapa yang meninggal dunia di Madinah hendaknya dia menerimanya (dengan bahagia) karena tidak ada orang yang meninggal dunia di Madinah kecuali kelak aku akan memberi syafaat kepadanya.” (HR Ibnu Majah dan Al Turmudzi).
Buku Induk Haji dan Umrah untuk Wanita, Oleh; Dr. Ablah Muhammad Alkahlawy
Redaktur: Heri Ruslan
Reporter: Hannan Putra

Imam Mahdi as Dalam Al-Quran


Konsep Imam Mahdi as sebagai juru penyelamat adalah sebuah konsep yang sudah diterima oleh semua agama samawi, bahkan oleh semua umat manusia meskipun nama yang ditentukan untuk menyebutnya berbeda-beda. Kesepakatan konsep ini dapat kita bahas pada kesempatan yang lain.


Oleh karena itu, dalam al-Quran terdapat beberapa ayat yang ditafsirkan dengan keberadaan Imam Mahdi as sebagai seorang juru penyelamat. Ayat-ayat tersebut adalah sebagai berikut:

a. Surah al-Qashash (28) : 5


وَ نُرِيْدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِيْنَ اسْتُضْعِفُوْا فِي الْأَرْضِ وَ نَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَ نَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِيْنَ


“Dan Kami ingin memberikan anugrah kepada orang-orang yang tertindas di muka bumi ini, menjadikan mereka para pemimpin, dan menjadikan mereka sebagai para pewaris.”



Secara lahiriah, ayat ini menggunakan kata kerja mudhâri’ dalam menjelaskan maksud Allah. Secara realita, janji-janji yang termaktub dalam ayat tersebut belum terealisasikan hingga sekarang. Dengan pemerintahan yang telah dibentuk oleh Rasulullah saw di Madinah yang berjalan kurang lebih selama sepuluh tahun, kami kira hal itu belum terwujudkan secara sempurna mengingat masih banyak pojok dunia yang belum pernah mencicipi lezatnya hukumnya Islam.


Menurut beberapa hadis, ayat ini mengindikasikan tentang Imam Mahdi as, bahwa semua janji Allah itu akan terwujud pada saat beliau turun ke bumi dan membentangkan sayap keadilan di atasnya. Dalam Nahjul Balâghah, Imam Ali as berkata:


لَتَعْطُفَنَّ الدُّنْيَا عَلَيْنَا بَعْدَ شِمَاسِهَا عَطْفَ الضَّرُوْسِ عَلَى وَلَدِهَا


“(Pada waktu itu), dunia akan menganugrahkan kelembutannya kepada kami setelah ia membangkang sebagaimana unta betina yang membangkang (baca: enggan memberi air susu kepada anaknya) menyayangi anaknya.”


Ibnu Abil Hadid berkata: “Para sahabat (baca: ulama) kita berpendapat bahwa beliau menjanjikan (kemunculan) seorang imam yang akan menguasai bumi dan menaklukkan seluruh kerajaan dunia.”


Dalam sebuah hadis yang lain beliau berkata: “Orang-orang tertindas di muka bumi yang termaktub di dalam al-Quran dan akan dijadikan para pewaris oleh Allah adalah kami, Ahlulbait. Allah akan membangkitkan Mahdi mereka yang akan memuliakan mereka dan menghinakan para musuh mereka.” [1]

b. Surah an-Nûr (24) : 56


وَعَدَ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَ لَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَ لَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُوْنَنِيْ لاَ يُشْرِكُوْنَ بِيْ شَيْئًا وَ مَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُوْنَ


“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal salih untuk menjadikan mereka sebagai khalifah di muka bumi ini sebagaimana Ia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka sebagai khalifah, menyebarkan bagi mereka agama yang telah diridhainya untuk mereka secara merata dan menggantikan ketakutan mereka dengan rasa keamanan (sehingga) mereka dapat menyembah-Ku dan tidak menyekutukan-Ku. Barangsiapa ingkar setelah itu, merekalah orang-orang yang fasiq.”


Secara lahiriah, kita dapat menagkap tiga janji dari ayat tersebut:


Pertama, menjadikan mereka sebagai khalifah di atas bumi ini.


Kedua, menyebarkan agama mereka (Islam) di atas bumi secara merata sehingga dapat dinikmati oleh seluruh penduduk dunia.


Ketiga, menggantikan rasa takut mereka dengan rasa aman sehingga mereka dapat menyembah Allah dengan penuh keleluasaan dan tidak menyekutukan-Nya.


Yang jelas, semua janji itu belum pernah terwujudkan hingga sekarang. Kapankah kita pernah merasakan Islam dijalankan secara sempurna? Oleh karena itu, dalam beberapa hadis Ahlulbait as, kita akan menemukan takwil dari ayat tersebut bahwa semua janji itu akan terealisasikan pada masa kemunculan Imam Mahdi as.


Dalam tafsir Majma’ al-Bayân disebutkan bahwa Imam Ali bin Husain as pernah membaca ayat tersebut. Setelah itu beliau berkata: “Demi Allah, mereka adalah para pengikut kami Ahlulbait as. Allah akan mewujudkan semua itu dengan tangan salah seorang dari kami. Ia Adalah Mahdi umat ini, dan ia adalah orang yang disabdakan oleh Rasulullah saw: “Jika tidak tersisa dari usia dunia ini kecuali satu hari, niscaya Allah akan memanjangkannya hingga seorang dari ‘Itrahku muncul. Namanya sama dengan namaku. Ia Akan memenuhi bumi ini dengan keadilan sebagaimana ia telah dipenuhi oleh kezaliman dan kelaliman.”[2]


Tanpa diragukan lagi pembahasan tentang mahdi as telah tertera di pelbagai sumber dan kitab-kitab Islami. Rasul saw sendiri yang mengajarkan hal tersebut. Imam Ali as dan para imam yang lain juga tidak ketinggalan, mereka senantiasa menyinggung pembahasan yang satu ini dan mengulang-ulangnya. Para ulama dan pemuka sekte-sekte islam sepanjang sejarah juga satu demi satu di segenap penjuru Negara Islam telah menulis dan menyusun buku yang tidak sedikit jumlahnya.


Dengan pelbagai hal tersebut apakah dapat dibayangkan topik dan pembahasan yang begitu populer dan urgen ini tidak tertera dalam kitab suci al-Quran? Jawaban tentu tidak. Pasti pembahasan semacam ini benih-benihnya telah terdapat di dalamnya.


Al-Quran sebatas singgungan atau secara gamblang telah menjelaskan peristiwa dan kejadian yang nantinya akan terjadi di akhir zaman seperti kemenangan kaum mukmin terhadap kaum non-mukmin. Ayat-ayat semacam ini, telah ditafsirkan oleh para mufasir-dengan mengacu pada riwayat dan poin-poin tafisiri-berkaitan dengan pemerintahan Imam Mahdi as di akhir zaman.


Al-hasil para mufasir mutaakhir menghitung dan mentahqiq jumlah ayat-ayat yang berkaitan dengan beliau as, jumlah sensaionalpun mereka dapatkan yaitu sekitar 350 ayat. Tahqiq ini dilakukan oleh Yayasan Intidhare Nur. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa metode mereka dalam pencarian tersebut adalah umum mencakup ayat-ayat yang secara gamblang menjelaskan permasalahan Mahdawiyah dan yang lain, atau ayat yang para mufasir dengan suatu hal dalam tafsiran ayat tersebut membawakan riwayat atau pembahasan Mahdawiyah.


Pada kesempatan ini, kita akan membawakan 10 ayat saja yang memiliki indikasi yang jelas terhadap permasalahan Mahdawiyah.

Ayat pertama


وَ لَقَدْ كَتَبْنا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الأَْرْضَ يَرِثُها عِبادِيَ الصَّالِحُونَ


Allah SWT berfirman:


“Dan sesungguhnya kami telah menuliskan di Zabur setelah Dzikr, bahwa dunia akan diwarisi oleh hamba-hamba yang saleh” (QS 21: Anbiya : 105).


Imam Muhammad Baqir as bersabda:”hamba-hamba tuhan yang akan menjadi pewaris bumi-yang tersebut dalam ayat-adalah para sahabat Mahdi as yang akan muncul di akhir zaman.”


Syekh Thabarsi setelah menukil riwayat ini mengatakan: sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Syi’ah dan Ahlusunnah menjelaskan dan menguatkan riwayat dari Imam baqir as di atas, hadis tersebut mengatakan ‘jika usia dunia sudah tidak tersisa lagi kecuali tinggal sehari, Allah SWT akan memanjangkan hari tersebut sehingga seorang saleh dari Ahlul-baitku bangkit, dia akan memenuhi dunia dengan keadilan sebagaimana dunia telah dipenuhi oleh kezaliman dan kelaliman”’. Imam Abu bakar Ahmad bin Husain Baihaqi dalam buku “al-Ba’tsu wa Nutsur” telah membawakan riwayat yang banyak tentang hal ini [3] .


Dalam kitab Tafsir Ali bin Ibrahim disebutkan: Kami telah menulis di Zabur setelah zikr … semua kitab-kitab yang berasal dari langit disebut dengan Zikr. Dan maksud dari bahwa dunia akan diwarisi oleh para hamba-hamba yang saleh adalah (Mahdi) Qaim as dan para pengikutnya [4] .

Ayat kedua


وَ نُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الأَْرْضِ وَ نَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَ نَجْعَلَهُمُ الْوارِثِينَ


“Kami menginginkan untuk menganugerahkan kepada mereka yang tertindas, dan akan Kami jadikan para pemimpin dan pewaris dunia.” (QS 28. al-Qashash: 5)


Ayat ini sesuai dengan beberapa ungkapan Imam Ali as di dalam Nahjul balagah serta sabda para imam yang lain berkaitan dengan Mahdawiyah, dan sesungguhnya kaum tertindas yang dimaksud adalah para pengikut konvoi kebenaran yang terzalimi yang akhirnya akan jatuh ke tangan mereka. Fenomena ini puncaknya akan terwujud di akhir zaman. Sebagaimana Syekh Shaduq dalam kitab Amali menukil sabda Imam Ali as yang berkata:”ayat ini berkaitan dengan kita”.

Ayat Ketiga


يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَ يُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكافِرِينَ يُجاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَ لا يَخافُونَ لَوْمَةَ لائِمٍ


“Wahai orang-orang yang beriman barangsiapa dari kalian berpaling (murtad) dari agamanya maka Allah SWT akan memunculkan sekelompok kaum yang Dia cinta mereka dan mereka juga mencintaiNya,” (QS. Madinah: 54)


Dalam tafsir Ali bin Ibrahim disebutkan:”ayat ini turun berkaitan dengan Qaim dan para penguikutnya merekalah yang berjuang di jalan Allah SWT dan sama sekalim tidak takut akan apapun”.

Ayat Keempat


وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصَّالِحاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأَْرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَ لَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضى لَهُمْ وَ لَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئاً وَ مَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذلِكَ فَأُولئِكَ هُمُ الْفاسِقُونَ


Allah SWT menjanjikan orang-orang yang beriman dari kalian dan yang beramal saleh, bahwa mereka akan dijadikan sebagai khalifah di atas muka bumi, sebagaimana Ia juga telah menjadikan para pemimpin sebelum mereka dan –Ia menjanjikan untuk menyebar dan menguatkan agama yang mereka ridhai, dan menggantikan rasa takut mereka menjadi keamanan. (QS. Nuur: 54)


Syekh Thabarsi mengatakan:”dari para Imam Ahlul bait diriwayatkan bahwa ayat ini berkaitan dengan Mahdi keluarga Muhammad saw. Syekh Abu Nadhr ‘Iyasyi meriwayatkan dari imam Ali Zainal Abidin as bahwa beliau membaca ayat tersebut setelah itu beliau bersabda:”sumpah demi Allah SWT mereka yang dimaksud adalah para pengikut kita, dan itu akan terealisasi berkat seseorang dari kita. Dia adalah Mahdi (pembimbing) umat ini. Dialah yang rasul saw bersabda tentangnya:”jika usia dunia sudah tidak tersisa lagi kecuali sehari lagi, Allah SWT akan memanjangkan hari tersebut sampai seseorang dari keluarga ku muncul dan memimpin dunia. Namanya seperti namaku (Muhammad), riwayat semacam ini juga dapat ditemukan melalui jalur yang lain seperti dari imam Muhammad Baqir as dan imam Ja’far Shadiq as”.


Aminul Islam Syekh Thabarsi mengakhiri ucapan dan penjelasannya tentan ayat ini dengan penjelasan berikut ini:”mengingat penyebarluasan agama ke seluruh penjuru dunia dan belum betul-betul global, maka pastilah janji ini akan terwujud dalam masa yang akan datang, di mana hal tersebut-globalitas agama- tidak dapat dielakan dan dipungkiri lagi”. Dan kita ketahui bahwa janji Allah tidak akan pernah hanya janji semata.

Ayat Kelima


هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدى وَ دِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَ لَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ


Dialah Zat yang yang telah mengutus rasulNya dengan hidayah dan agama yang benar untuk sehingga Ia menangkan agama tersebut terhadap agama-agama yang lain, kendati para musyrik tidak menginginkannya.


Dalam kitab tafsir Kasyful Asyrar, disebutkan:


Rasul dalam ayt tersebut adalah baginda nabi Muhammad saw, sedang hidayah yang dimaksud dari ayat tersebut adalah kitab suci al-Quran dan agama yang benar itu adalah agama Islam. Allah SWT akan memangkan agama (Islam)ini, atas agama-agama yang lain, artinya tiada agama atau pedoman di atas dunia, kecuali ajaran Islam telah mengalahkannya. Dan hal ini sampai sekarang belum terwujud. Kiamat tidak akan datang kecuali hal ini terwujud. Abu Said al-Khudri menukil, bahwa Rasul saw pad suatu kesempatan menyebutkan bala dan ujian yang akan datang kepada umat Islam, ujian itu begitu beratnya, sehingga beliau mengatakan bahwa setiap dari manusia tidak dapat menemukan tempat berlindung darinya. Ketika hal ini telah terjadi, Allah SWT akan memunculkan seseorang dari keluargaku yang nantinya dunia akan dipenuhi oleh keadilan. Seluruh penduduk langit dan bumi rela dan bangga dengannya. Di masanya hujan tidak akan bergelantungan di atas langit kecuali akan turun untuk menyirami bumi, dan tiada tumbuh-tumbuhan yang ada di dasar bumi kecuali bersemi dan tumbuh. Begitu indah dan makmurnya kehidupan di masa itu sehinga setiap orang berandai-andai jika sesepuh dan sanak keluaerganya yang telah meninggal dunia kembali lagi dan merasakan kehidupan yang sedang mereka rasakan.

Referensi

[1] Al-Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jilid 51, hal. 63, bab ayat-ayat yang ditakwilkan dengan Imam Mahdi as.

[2] At-Thabarsi, Majma’ al-Bayân, jilid 7, hal. 152.

[3] Tafsir Majma’ul bayan, jild 7, hal 66-67.

[4] Tafsir Nur Tsaqalain, jild 3, hal 464.
nurmadinah