Candi Plaosan ternyata menyimpan berbagai keunikan. Kunjungan singkat gue ke candi yang terletak di dukuh Plaosan, desa Bugisan, kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah ini memberikan pengalaman spiritual yang tak dapat dijelaskan lebih rinci. Gue datang bersama istri dan anak gue siang hari sekitar pukul 10 siang.
Lebih dri separo bangunan candi runtuh, hanya dua candi induk dan beberapa candi perwara saja yang masih berdiri. Candi Induk bagian utara lebih banyak arca dan relief perempuan. Ya ini karena ditujukan untuk putri Raja Samarattungga dari Wangsa Syailendra, Pramodhawardani. Sementara Candi induk bagian selatan merupakan candi peziarah pria. Disini banyak relief dan arca yang merepresesntasikan Rakai Pikatan.
Pramodhawardani dan rakai pikatan berkepercayaan beda namun diikat dalam pernikahan untuk menghentikan perang antar kedua wangsa. Di candi induk selatan inilah suasana mistis terasa. Tak hanya lembab kata orang jawa singup tetapi juga dingin. Aura dingin ini sampai di sisi luar candi, meski di luar cuaca begitu cerah.
Sebuah pohon besar yang dimungkinkan tumbuh setelah keruntuhan candi masih nampak dibeberapa bagian. Orang purbakala menyebutnya Saujana atau peninggalan non purbakala seperti kebiasaan masyarakat, termasuk tanaman asli yang tumbuh disekitara benda cagar budaya. Gue melihat tanaman ini hidup setelah candi runtuh karena tepat diatasnya. Bahkan akar nya mengikat kuat membesar diatas bagunan salah satu candi perwara. Daunnya berjari empat seperti tanaman wali songo saat ini. Padahal tanaman wali songo merupakan tanaman pagar yang biasanya ditarus didepan pintu. Besar batangnya tak sampai ibu jari. Bisa dibayangkan berapa usia pohong di candi ini? Batangnya saja sebesar badan gue.
Tanaman itu tak hanya satu ada beberapa tanaman serupa yang tumbuh disekeliling candi. Kelihatannya memang istimewa laiknya tanaman wali songo yang sengaja ditaruh mengapit pintu rumah untuk kemakmuran.
Pelataran besar di sebelah utara candi utama juga aneh terlihat. Seperti panggung terbuka dengan bekas umpak dan dikelilingi puluhan arca berkeliling di sisi depan kanan dan kiri. Konsepnya seperti pelataran orang orang romawi.
Menurut penjaga candi tiap malam selasa dan jumat kliwon kadang ada orang yang datang dan bersembayang di candi ini. Mereka bersemedi dan tak tahu apa yang dipikirkannya. Bisa jadi sekedar menyepi atau juga berdoa.