Soal Atlantis pernah berjaya, itu soal lain. Mereka adalah bangsa keturunan Adam. Apa buktinya ? Buktinya adalah sejarawan Yunani Kuno masih menemui mereka. Itu saja.
Dia menambahkan, mengapa sejarawan Barat tidak menyebut Arab sebagai pusat kebudayaan awal dan turunnya Adam ?? Tentu ada kepentingannya mereka berteori seperti itu. Mengapa mereka mengemukakan teori Out of Africa dan kemudian diberi antitesis dengan teori Out of Sundaland sehingga semua orang terjebak pada sibuk ‘memilih’ dua teori ini? Tentu ada kepentingannya mereka berteori seperti itu.
Menurut saya, soal pertama kali manusia berpencar, kebenaran lebih mengarah dari Arab: Out of Arab, meski dahulu jaman Adam namanya Bakkah, belum negara Arab seperti sekarang, karena dahulu negara belum ada. Makanya jumbuh dengan tulisan ini.
Saya melihat dari perspektif bahwa yang dahulu bernama Bakkah itu “diaku” oleh orang Jawa (atau mungkin saja bangsa lain) pada masa sekarang sebagai wilayahnya karena menurut Orang Jawa, bumi ini adalah bumi Jawa, bahkan ada daerah di Tegal yang bernama Bumijawa, dekat wisata Guci, di kaki gunung terbesar di Jawa Tengah, yakni Gunung Slamet. Dahulunya Bakkah tidak tandus. Bakkah mirip Jawa sekarang. Makanya pada akhir zaman kelak Bakkah/Makkah akan tidak tandus lagi.
Itu Othak Athik Gathuk saya, justru adanya banyak pendapat malah semakin menguatkan Islam, contohnya teori Out of Africa sudah gugur digantikan dengan Out of Sundaland. Teori Out of Sundaland pun gugur dengan adanya teori Out of Arab yang didukung fakta Bakkah/Makkah itu dan nama daerah dimana Adam diturunkan, yakni Hindustan itu mungkin ada benarnya, karena ada pendapat juga yang menyatakan Ka’bah itu awalnya adalah kuil Hindu.
Dari tali temali ini akhirnya ketemu Hindustan yang daerahnya masuk wilayah India sekarang. Sementara India dahulunya termasuk pula Pakistan dan Afghanistan.
Adam diturunkan di India (Hindustan) dan Hawa di Jeddah berdasarkan tulisan ini. Kemudian bertemu di Padang Arofah atau Muzdalifah, kemudian menuju Bakkah mendirikan bangunan pertamanya, yakni Ka’bah. Nama-nama tempat atau wilayah tersebut yang kini berada di negara Arab Saudi atau Saudi Arabia. Setelah bermukim di Bakkah itulah beliau berdua beranak pinak lalu menyebar ke seluruh dunia/Bumi.
Itulah othak athik gathuk teori Out of Arab atau bisa pula disebut teori Out of Bakkah/Makkah.
Meski ada perbedaan, seperti pada tulisan ini, tetapi Othak Athik Gathuknya tetap teori Out of Arab lebih pas, lebih masuk akal ketimbang Out of Africa dan Out of Sundaland. Meskipun tetap saja ada catatan: Bumi waktu itu masih bergerak, belum banyak pemisahan daratan oleh samudera dan laut, bahkan pada awalnya Bumi memang satu daratan dengan nama Pangea, sehingga potensi kebenaran 2 teori awal masih dikajii teliti, karena nama tempat, nama daerah bisa saja disebut atau dinamai oleh yang meneliti, yang menemukan atau karena kepentingan tertentu. Oleh karena itu, siapa pun boleh-boleh saja memakai istilah, seperti saya memakai istilah Out of Arab itu sah-sah saja bagi saya. Soal yang lain menampik monggo saja, mau pakai juga monggo saja.
Bakkah dan Kakbah itu pun “seperti” bahasa walikan meski terbatas alias tidaklah full walikan. Contoh bahasa walikan lainnya: Adam dan Mada, Arek dan Kera (Oleh karenanya istilah Kowe itu dipakai untuk menamakan anak kethek, dimana kethek = kera. Oleh karenanya janganlah memakai panggilan Kowe kepada saudara-saudaramu sesama manusia). Lalu siapakah yang memiliki atau dikenal dengan bahasa walikannya? Wong Yogya juga wong Malang yang sering memakainya.
Memang pembahasan ini tiada habis-habisnya, karena manusia berada di bumi yang hanya satu-satunya ini (save our earth!!!) dan dari kakek moyang yang satu dan nenek moyang yang satu juga, tentu memiliki kesamaan yang banyak, kemiripan yang serupa dimana-mana.
Namun perlu dimengerti bahwa agama itu dogma. Dan Islam itu juga dogma yang integral lagi komprehensif. Menelusuri dan mengkaji kitab suci Al Qur’an, maka antarayat satu dengan ayat yang lain sangat sinkron, bahkan keaslian hurufnya sangat terjaga hingga kini, selain karena memang sudah dijamin oleh Alloh sebagaimana termaktub di QS Al Baqoroh ayat 2. Bahkan setingkat al Hadits pun sangat teliti dalam hal status shahih tidaknya, status hasan, marfu’, dll.
Pendapat saya memang diakui sangat subjektif. Justru itulah mari kita kaji teliti dengan sebenar-benarnya guna mendapatkan kebenaran. Kebenaran pasti hanya dari Yang Maha Esa. Otomatis hanya kepada Yang Maha Esa, manusia bersetia atau tunduk berserah diri atau berdharma. Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa = Berbeda-beda tetapi tetap satu, tiada kesetiaan/dharma yang mendua.
Banyu Wijaya