Oleh Sulthoni Zsulton
Suatu hari menjelang Maghrib di kehidupan para binatang ada seekor Induk Ayam sedang sibuk menggiring masuk anak-anaknya yang masih kecil-kecil.
Seekor Anak Ayam pun merasa kesal karena sedang asik bermain, sang Induk menyuruhnya untuk masuk ke dalam kandang. Terjadilah dialog antara Anak dan Induk Ayam ketika salah-satu Anak Ayam ngedumel sambil mengkritik induknya.
Anak ayam, "Bu, kenapa sih aku gak boleh main malam-malam...?"
Temanku saja si Kampret dibolehkan sama Ibunya, Ibu otoriter sama anak-anaknya. Ini gak boleh, itu gak oleh... cik... cik... cik... (dengan nada sedikit kesal).
Induk Ayam, "Anakku, kamu kan bukan kampret, mereka kan bisa terbang untuk menghindari para pemangsa, sedang kamu gak bisa terbang tuk menjaga diri. Ibu kawatir sama kamu, ibu takut nanti kamu diterkam oleh Kucing dan Musang."
Anak Ayam, "Tapi Manusia saja yang gak punya sayap banyak juga kok yang keluar malam-malam...?"
Induk Ayam, "Kan mereka juga harus bekerja mencari rezeki dan mencari ilmu, tapi ada juga yang nakal hanya sekedar menghabiskan waktu dengan sia-sia, harusnya kamu bangga menjadi seekor Ayam, Nak..."
Anak ayam, "Cik...cik, kenapa aku harus bangga Bu...?"
Induk Ayam, "Iya, itu tandanya Ayam lebih pintar daripada Manusia yang nakal."
Anak Ayam, "cik...cik...? Bukankah mereka mahluk yang paling sempurna yang diciptakan Allah Buu..?"
Induk Ayam, "Iya, mereka memang mahluk yang lebih sempurna dari kita, tapi terkadang mereka ada juga yang suka lalai dan kurang bersyukur sama Allah, kita jangan sampai seperti mereka dan lalai dari amanat yang diberikan, sore-sore kita harus tidur, karena pagi sekali kita harus berdoa dan membangunkan manusia untuk sholat tahajud dan Subuh, sedangkan sebagian manusia malam-malam masih ada yang suka keluyuran, subuh-subuh baru pulang ke rumah dan langsung tidur, mereka lupa tuk beribadah kepada Allah..."
Anak Ayam, "Oh gitu ya Buu...tapi kenapa Orang-tua mereka tidak melarangnya...?"
Induk Ayam, "Mungkin Anaknya saja yang nakal dan Ibunya terlalu percaya sama anak-anaknya, juga mungkin kurang pengawasan, Ibunya tak tahu di luar sana sangat berbahaya untuk mereka, di luar sana banyak Kucing pala belang dan Iblis yang siap menerkam...pok...pok...pok...kokk."
Anak Ayam, "Oh...tapi aku baru tahu kalau Kucing itu bisa mengganggu Manusia juga, bukankah tubuh Manusia lebih besar daripada Kucing...?"
Induk Ayam, "Maksud Ibu, Kucing pala belang itu masih dari golongan Manusia juga, itu hanya perumpamaan untuk Manusia yang suka mengganggu wanita, Nak..."
Anak Ayam, "Oh aku baru tau, tapi kan tergantung dari Manusianya Buu, mungkin saja mereka kan bisa menjaga diri..."
Induk Ayam, "Iya memang, mereka ada juga yang bisa menjaga dirinya, tetapi terkadang Iblis suka sekali menggoda dan membujuk Manusia agar manusia terjerumus berbuat maksiat, dosa itu terjadi bukan saja karna niat dari pelakunya lho, tetapi juga karena ada kesempatan, lalu saat itulah Iblis membujuk Manusia...hmm...pok...pok...pok."
Anak Ayam, "Cik...cik...Ibu seperti bang Napi saja, yang ada di kotak berwarna (TV) di kandang-kandang Manusia itu lho Buu, hihihi..."
Induk Ayam, "Bang Napi itu siapa nak...?"
Anak Ayam, "Bang Napi itu manusia yang suka aku lihat di kotak berwarna di kandang-kandang Manusia, bang Napi sering cerita tentang ayam lho bu, Ayam Kampus sama Ayam jalanan."
Induk Ayam, "Oh itu maksudnya bukan Ayam Nak, itu Manusia yang nakal mengatasnakan jenis kita, mereka lalai dan lupa diri, mereka suka berbuat nakal di kampus dan di jalan-jalan karna tidak mau menuruti apa kata Orang-tuanya. Maka itu kamu sebelum maghrib jangan suka keluyuran yah sayang, dengarkan kata Ibu, biar kamu tidak seperti Ayam Kampus dan Ayam Jalanan yang nakal..."
Anak Ayam, "Oh iya ya Bu, aku gak mau seperti mereka, aku janji gak nakal lagi deh, berarti aku harus bangga ya Bu menjadi Ayam...?Kalau begitu maafkan aku ya Bu sudah salah menilai Ibu keras sama aku..."
Induk Ayam, "Iya gak apa-apa kok nak, ibu gak marah, alhamdulillah kamu sudah mengerti, anakku yang cantik dan baik sudah makin pintar saja, Ibu sayang sama kamu nak..."
Anak Ayam, "Iya Bu, aku juga sayang sama Ibu. Alhamdulillah ya Bu, sesuatu...hihihi...cik..cik."
Induk Ayam, "Iya yah sesuatu, ya sudah sekarang kita tidur dulu yuk, nanti kita harus bangun pagi-pagi...met bobo anakku..."
Anak Ayam, "Met malam Ibu, met istirahat...mmuuaahh...cik...cik...cik...jangan lupa baca doa tidur ya..."
Induk Ayam, "Pok...pok...pok...petokk...baik Ibu..."
***
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagikaan binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al-A’raaf [7] : 179)