NEW YORK – Setelah melakukan pencarian sejak tahun 2004, wanita keturunan Hispanik hijrah meninggalkan Katolik, menjadi seorang Muslimah. Di lingkungan mayoritas Katolik, Julissa Fikri yang tampil berjilbab kerap dipandang sinis sebagai ‘teroris Arab.’
Julissa Fikri tumbuh dan besar di East Harlem. Salah satu permukiman terbesar yang didominasi warga keturunan Amerika Latin di New York, Amerika Serikat. Wanita berusia 27 tahun ini tak pernah membayangkan sebelumnya, keputusannya memeluk Islam akan memicu kebencian keluarga dan lingkungannya.
“Begitu saya mulai mengenakan jilbab, saya selalu menjadi perhatian orang-orang di sekeliling,” katanya seperti dikutip Newyork Dailynews, Kamis (1/9/2011).
Fikri lahir di tengah keluarga keturunan hispanik yang mayoritas beragama Katolik di East Harlem di Rumah Jefferson Thomas. Ia memutuskan masuk Islam semenjak tujuh tahun silam.
“Mereka melihat saya berjilbab. Mereka berpikir saya dipaksa suami dan itu keliru,'' katanya. ''Memang tidak buruk, saya tidak merasa tertindas. Saya sangat nyaman. Saya hanya ingin orang tahu bahwa saya orang yang sama.''
Fikri, keturunan Puerto Rico dan Dominika, tengah menjalani dakwah di kalangan terdekatnya, termasuk ibunya sendiri. Ia gunakan situs jejaring video Youtube bertitel "I did not change my race!" guna menyebarkan kisah keislamannya. “Islam merupakan hal yang asing bagi masyarakat hispanik,” ungkap Fikri.
Islam dianggap identik Arab
Mereka, ungkapnya, mengasosiasikan Islam sebagai budaya Arab. Padahal, Islam lahir bukan untuk kalangan tertentu. Islam lahir untuk semesta alam. ''Karena itu, saya ingin memperkenalkan Islam kepada masyarakat hispanik,” katanya.
Fikri mengatakan telah mengeksplorasi Islam semenjak 2004 silam setelah mengalami krisis identitas. Ia cari mencari agama yang sesuai dengan dirinya.
Hidayah pun datang. Ia berkenalan dengan Al-Qur'an terjemahan bahasa Spanyol. Selanjutnya, ia bertemu pria yang menuntunnya masuk ke dalam Islam. Pria asal Mesir itu lalu menjadi pasangan hidupnya pada tahun 2010.
Awal tahun ini, tepatnya Februari, Fikri mulai mengenakan jilbab. Pengalaman pertama Fikri mengenakan jilbab mendapat cobaan. Saat berjalan di di dekat St E. 117 untuk menjemput putrinya, ia berpapasan dengan pria Latin. Dengan bahasa Spanyol, pria tersebut mencibirnya sebagai perempuan Arab. “Oh jadi, ia telah berubah ras,” kenang Fikri menirukan perkataan pria tersebut.
Dalam insiden lain, seorang perempuan di sebuah kios menatapnya dan menyebutnya teroris. “Saya merasa sakit. Sebelum anda menghakimi saya, ingat saya memakai syal yang sama dengan mereka. Di bawah kerudung, saya hanya orang yang sama. Saya orang Amerika, dan saya juga manusia." [taz/nydailynews, republika]
sumber referensi : http://voa-islam.com